Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Zakat Fitrah Ajarkan Berbagi Dan Tumbuhkan Empati

Sabtu, 30 April 2022 16:15 WIB
Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS), KH Khariri Makmun (Foto: Istimewa)
Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS), KH Khariri Makmun (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sedekah, infak, dan zakat fitrah merupakan instrumen dalam membentuk pribadi yang pandai berbagi dan membangun empati terhadap penderitaan serta kesulitan yang lain. Berbagi dan peduli akan menjadi terapi bagi virus kebencian. Ramadan tidak hanya mencetak pribadi yang berorientasi hidup damai, tetapi juga menciptakan ruang kondusif bagi tumbuhnya perdamaian.

Demikian disampaikan Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS), KH Khariri Makmun. Ia menerangkan, makna puasa dan zakat fitrah dalam bulan suci Ramadan sejatinya guna menumbuhkan rasa empati dan memfitrahkan diri untuk kembali menjadi manusia yang fitri.

“Hikmah kenapa Allah mewajibkan puasa itu di antaranya adalah menumbuhkan rasa empati kepada orang lain, disempurnakan dengan zakatul fitri, memfitrahkan diri kita sendiri,”  ujar Kiai Khariri, di Jakarta, Sabtu (30/4).

Baca juga : Zakat Fitrah Hukumnya Wajib, Perhatikan Waktu Pelaksanaannya, Jangan Sampai Kelewat

Ia melanjutkan, dengan zakat fitrah sebagai bagian dari amalan di bulan suci, hendaknya juga dijadikan momentum bagi umat untuk me-reset atau mendesain ulang diri agar tunduk dengan kemauan Ilahi, yang bisa dikendalikan untuk kepentingan beribadah dan menjadi manusia yang fitri. Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini juga menilai, masyarakat perlu memahami hikmah berzakat dan berpuasa sebagai upaya menghilangkan sikap permusuhan, kebencian bahkan perbuatan radikal intoleran.

“Termasuk jika kita kaitkan dengan era sekarang, era ketika orang tidak bisa meninggalkan diri dari media sosial. Di dalamnya banyak terisi konten negatif yang memicu untuk kita meninggalkan ucapan serta perbuatan buruk didalamnya,” jelasnya.

Esensi puasa dan zakat juga untuk menjadikan jiwa suci dan semakin bertakwa. Maka, implikasinya ialah dengan mengendalikan ucapan, terutama dalam bersosial media, menjauhkan diri dari tulisan yang bisa memprovokasi orang lain untuk permusuhan, untuk membenci orang lain, termasuk berbuat radikal.

Baca juga : Sambut Ramadan, BFI Finance Beri Santunan Ratusan Anak Yatim

“Di dalam hadits, Rasul mengatakan, ‘Barang siapa berpuasa tapi tidak bisa meninggalkan ucapan yang buruk, dan juga tidak bisa meninggalkan perbuatan yang buruk, maka tidak ada gunanya dia meninggalkan makan minum’. Karena esensi puasa kan jiwa semakin suci, semakin bertakwa,” ujar Khariri.

Terlebih, saat ini sudah mendekati Idul Fitri, menurut pengasuh Ponpes Algebra di Ciawi ini, hal ini juga bisa dimaknai sebagai momentum kemenangan diri dalam melawan virus keburukan dalam hati termasuk perilaku radikal intoleran. “Artinya, nanti 1 Syawal itu kita kembali ke fitrah dan menang melawan hawa nafsu. Termasuk kita mengembalikan fitrah dalam beragama itu harus moderat, tidak terjebak dengan cara beragama yang radikal dan fundamental, tapi menjadi umat islam yang moderat,” jelasnya.

Terkait moderasi beragama, ia mengatakan, menjadi moderat dalam beragama maka menjadikan seseorang tidak mudah terbawa ke arah radikal serta tidak menjadi umat tidak mampu mengendalikan diri.

Baca juga : Eka Hospital Hadirkan Peralatan Operasi Tulang Belakang Terkini

“Jadi, esensi kita untuk beragama harus moderat supaya tidak mudah terbawa kearah radikal, dan kita tidak mampu mengendalikan diri (dan nafsu). Sejatinya beragama ini kan membantu umat, menolong, menjaga dan melindungi. Tapi kalau beragama memunculkan fitnah, kebencian, beragama membuat kita jauh dari rasa empati, lalu dimana fungsi agama?” tegas Khariri

Khariri kemudian membagikan tips agar setelah Ramadan nanti, umat Muslim mampu membawa diri untuk terus menjadi pribadi yang fitri serta menjadi pribadi yang menjadi jauh lebih baik hingga Ramadan berikutnya dan seterusnya. “Tipsnya adalah kita hadirkan Ramadan di bulan lain, sehingga bisa mempertahankan capaian, achievement kita dalam beribadah bisa terus kita pertahankan, termasuk juga kemauan untuk terus berbagi mengisi agama ini dengan wawasan keislaman yang moderat,” ujarnya. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.