Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Lagi, Ahli Kesehatan Bantah Vaksin Covid Jadi Biang Kerok Hepatitis Akut Misterius
Kamis, 5 Mei 2022 14:14 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Prof. Hanifah Oswari, Sp.A (K) membantah gosip yang menyebut penyakit hepatitis akut misterius disebabkan oleh vaksin Covid-19.
"Itu tidak benar. Memang, ada disebut berhubungan dengan virus. Tapi, belum ada informasi bahwa itu terkait langsung," ujar Prof. Hanifah dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/5).
Berbagai virus yang diduga menjadi penyebab seperti adenovirus tipe 41 dan SARS CoV-2, kemungkinan hanya bersifat coincidence atau kebetulan. Terjadi secara bersamaan. Tetapi, bukan penyebab langsung.
Baca juga : Kemenkes Terbitkan SE, Minta Semua Pihak Waspada Hepatitis Misterius
"Mengkaitkan virus Covid dengan penyakitnya saja belum bisa dipastikan. Apalagi, dengan vaksin Covid. Berita seperti itu, saya kira perlu diluruskan," tegas Prof. Hanifah.
Gejala Awal
Hepatitis akut misterius yang dilaporkan di 20 negara, dengan lebih dari 200 kasus, banyak menyerang anak-anak berusia di bawah 16 tahun. Lebih banyak lagi, pada kelompok usia 10 tahun ke bawah.
Baca juga : AS Tak Yakin, Covid Jadi Biang Kerok Hepatitis Akut Misterius Pada Anak
Lazimnya hepatitis, disebabkan oleh virus A, B, C, D, dan E. Tapi, hepatitis akut misterius ini lain cerita. Hasil tes virus hepatitis A, B, C, D, dan E pada penderita dilaporkan negatif.
"Dari apa yang kita ketahui tentang hepatitis akut berat yang tidak diketahui penyebabnya ini, berdasarkan laporan kasus yang sudah ada, gejala awalnya adalah masalah gastrointestinal. Seperti diare, mual, muntah, sakit perut yang kadang disertai demam ringan," jelas Prof. Hanifah.
Gejala dapat berlanjut dengan kondisi yang mengarah ke hepatitis. Warna pipis seperti teh, warna kotoran pucat. Jika diperhatikan, mata atau kulit berwarna kuning.
Baca juga : Ingat Ya, Mudik Jadi Penentu Tetap Pandemi Atau Endemi
Bila kadar SGPT/SGOT atau enzim hatinya diperiksa, salah satu angkanya meningkat di atas 500 U/L.
Selanjutnya, pasien dapat mengalami gangguan pembekuan darah. Serta penurunan kesadaran yang dapat berlanjut menjadi kematian, bila tidak dilakukan transplantasi hati.
Karena itu, segera bawa anak Anda ke dokter bila mengalami gejala seperti itu. Jangan tunggu kondisinya memburuk. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya