Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Deputi IV KSP Juri Ardiantoro

Politik Identitas + Agama Yang Dipolitisir = Formula Radikalisasi

Selasa, 16 Agustus 2022 18:21 WIB
Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Juri Ardiantoro (Foto: KSP)
Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Juri Ardiantoro (Foto: KSP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Juri Ardiantoro sangat mengapresiasi pesan Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, dan Sidang Bersama DPR dan DPD dalam rangka HUT ke-77 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8).

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi meminta masyarakat, agar jangan memainkan politik identitas, politisasi agama, dan polarisasi sosial pada Pemilu 2024.

"Pesan Presiden itu, berangkat dari situasi dan kondisi kontestasi politik belakangan ini. Baik Pemilu maupun Pilkada, cenderung memecah-belah bangsa. Bahkan, merusak sendi-sendi kebangsaan," papar Juri.

Baca juga : Tidak Ada Kata Politik (Siyasah) Dalam Al-Qur`an

“Kompetisi politik, tidak seharusnya menghalalkan segala cara yang destruktif,” tegasnya.

Juri menjelaskan, politik identitas yang destruktif dan politisasi agama merupakan bahaya laten yang perlu diwaspadai bersama. Terutama, menjelang momentum politik.

Karena bisa menjadi akselerator bagi rontoknya konstruksi sosial, yang melahirkan konflik horizontal berkepanjangan.

Baca juga : Al-Qur`an Dan Politik Identitas

"Politik identitas dan agama yang dipolitisir, adalah formula yang sangat mudah untuk melakukan radikalisasi dan penyesatan masyarakat," terang Juri.

Menurutnya, politik yang dibungkus agama selalu menjadi komoditas favorit, untuk diperdagangkan jelang Pemilu seperti saat ini.

Agama, kata Juri, selalu dijadikan justifikasi untuk meraih tujuan-tujuan politik. Dengan menjajakan politik identitas, dan menggoreng agama sebagai komoditas.

Baca juga : Ngeri Amat, Politisasi Agama Bisa Picu Radikalisme Dan Terorisme

“Kepada siapa pesan itu diberikan? Kepada semua pihak, baik para elit politik maupun masyarakat umum. Keterbelahan politik di masyarakat adalah akibat dari perilaku politik para elit dalam berbagai level, yang tidak sadar betapa berbahayanya politisasi agama dan politik identitas,” tandas Juri. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.