Dark/Light Mode

Resesi Ekonomi Jangan Sampai Mampir Ke Sini

Jumat, 23 September 2022 06:40 WIB
Ilustrasi Resesi. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi Resesi. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja. Sejumlah negara mulai mengalami resesi. Semoga saja, resesi ekonomi itu, tidak mampir ke sini.

Bank Dunia menilai, perlambatan ekonomi global saat ini merupakan yang paling tajam, setelah pemulihan resesi tahun 1970. Terdapat risiko terjadinya resesi global dan krisis keuangan negara berkembang pada 2023.

Berdasarkan studi Bank Dunia, kepercayaan konsumen global saat ini menurun jauh lebih tajam dibanding kondisi menjelang resesi-resesi global sebelumnya. Salah satu indikatornya, ekonomi Amerika Serikat (AS), China, dan kawasan Eropa sebagai kekuatan ekonomi terbesar, melambat tajam.

Baca juga : Menteri Basuki. Tol Bocimi Tersambung Sampai Sukabumi Barat Tahun 2024

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengamini, perekonomian global masih mengalami tantangan besar dari berbagai sisi. Sejumlah negara maju seperti AS, negara-negara Eropa, hingga China bahkan dibayangi resesi akibat tingginya inflasi.

Biang kerok melonjaknya inflasi ialah gangguan rantai pasok akibat kondisi geopolitik, proteksionisme, dan gelombang panas (heatwave) di sejumlah negara yang mengganggu produktivitas. Kondisi itu menyebabkan volume perdagangan dunia tak kunjung pulih, setelah sebelum dihantam pandemi Covid-19.

"Volume perdagangan dunia juga tetap rendah. Di tengah perlambatan ekonomi, disrupsi atau gangguan mata rantai pasokan global meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan tinggi," ujar Perry, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar virtual, kemarin.

Baca juga : MPR Imbau PBB Jangan Jadi Organisasi Komentator

Tingginya inflasi di berbagai negara maju memaksa bank-bank sentral memperketat kebijakan moneternya. Kondisi itu pun akan menekan negara-negara berkembang.

Bahkan, baru-baru ini, Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) hingga 75 basis poin untuk ketiga kalinya tahun ini. Kini, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 3-3,25 poin.

Menurut Perry, kenaikan Fed Fund Rate menekan pasar keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.

Baca juga : Dikirimi Tagihan Gegara Gagal Kencan

"Perkembangan tersebut mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia dan semakin tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Sehingga mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan terhadap nilai tukar di negara-negara, termasuk emerging market dan termasuk di Indonesia," terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.