Dark/Light Mode

Resesi Ekonomi Jangan Sampai Mampir Ke Sini

Jumat, 23 September 2022 06:40 WIB
Ilustrasi Resesi. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi Resesi. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao yakin resesi tidak akan mampir ke Indonesia. Kata dia, meski kondisi perekonomian global kini tengah memburuk, bahkan beberapa negara telah jatuh dalam inflasi yang mencapai angka dua digit, Indonesia masih tergolong aman. Ekonomi Indonesia tertolong dengan surplus dari komoditas dan angka konsumsi yang meningkat.

"Surplus perdagangan barang pada Agustus melonjak menjadi 5,8 miliar dolar AS, berlawanan dengan neraca perdagangan yang diekspektasikan akan mengecil. Ini menandai surplus tertinggi kedua yang pernah tercatat, didorong oleh penjualan bahan bakar mineral, baja, serta penjualan minyak nabati yang lebih tinggi," jelas Radhika.

Beberapa waktu sebelumnya, jajaran BI juga telah menyatakan untuk tidak mengikuti pergerakan agresif dari The Fed dan hanya akan melakukan beberapa langkah pengetatan kebijakan. Menurut Radhika, BI tahu yang mesti dilakukan untuk inflasi dan rupiah.

Baca juga : Menteri Basuki. Tol Bocimi Tersambung Sampai Sukabumi Barat Tahun 2024

"Jadi, pada dasarnya musyawarah lokal menjadi lebih penting daripada yang dilakukan The Fed. Kemudian, ekonomi lokal akan tumbuh. Namun, hal itu mungkin tidak serta merta berdampak negatif terhadap konsumsi rumah tangga," katanya.

Radhika memprediksi, BI akan menaikkan suku bunga setidaknya empat kali lagi, yakni di September hingga Desember. Namun, ia meyakini dampaknya hanya sementara, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat di tahun depan.

"Yang perlu diketahui, kondisi ini tidak akan kembali ke pada saat level pandemi kemarin. Pemerintah dapat memotong beberapa anggaran untuk menunjang masa pandemi kemarin seperti anggaran kesehatan, subsidi. Saya pikir Pemerintah akan menghabiskan lebih banyak pada infrastruktur dan proyek sosial," ulasnya.

Baca juga : MPR Imbau PBB Jangan Jadi Organisasi Komentator

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyedari ancaman resesi ini. "AS, Eropa jelas potensi resesi tinggi. Karena inflasi mereka sangat tinggi, 40 tahun tertinggi saat ini. Oleh karena itu, direspons kenaikan suku bunga dan likuiditas yang diketatkan," ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambahkan, situasi global saat ini sangat dinamis. Banyak bank sentral di dunia pun ragu-ragu dalam mengambil langkah kebijakan.

"Tadinya kita melihat bank-bank sentral di AS dan Eropa masih menunggu karena inflasi temporer karena disrupsi pandemi dan ada perang dijadikan alat perang untuk instrumen perang," ungkapnya.

Baca juga : Dikirimi Tagihan Gegara Gagal Kencan

Kini sumber permasalahan, yaitu perang Rusia dan Ukraina belum ada tanda-tanda akan berakhir. Maka, menurut Sri Mulyani, semua pihak harus bersiap dengan situasi terburuk. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.