Dark/Light Mode

BPET MUI: Penguatan Akhlak dan Nilai-nilai Pancasila Kunci Santun Bermedsos

Kamis, 29 September 2022 09:12 WIB
Ketua BPET MUI Muhammad Syauqillah (Foto: Istimewa)
Ketua BPET MUI Muhammad Syauqillah (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Media sosial (medsos) bukan sekadar ruang berinteraksi, tetapi juga menjadi ruang ekspresi diri dan cara orang menampakkan diri. Sayangnya, sebagian masyarakat malah kebablasan, dengan menjadikan medsos untuk menghakimi, mencaci, memprovokasi, menyebar hoaks, ujaran kebencian, diskriminasi, perundungan (bullying), hingga kekerasan verbal yang memecah persatuan.

Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Muhammad Syauqillah menilai, hal tersebut sebagai fenomena yang memprihatinkan dan sangat jauh dari nilai budaya bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang ramah, berakhlak dan sarat akan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Dia menekankan, penguatan akhlak dan nilai-nilai Pancasila perlu kembali dikedepankan.

“Ini menjadi satu arus untuk kemudian kita membuat gerakan di media sosial itu menjadi sangat ramah. Itu perlu kita kedepankan. Akhlak terhadap orang lain, bagaimana akhlak terhadap orang yang berbeda pendapat, orang yang berbeda keyakinan dan juga termasuk kepada orang yang berbeda agama, yang mana semua itu sesuai dengan nilai-nilai dari Pancasila,” ujar Syauqillah.

Baca juga : BPIP Minta Masyarakat Simalungun Terapkan Nilai Pancasila Di Kehidupan Sehari-hari

Dia melanjutkan, Pancasila yang merupakan payung besar yang menaungi berbagai keragaman dengan jaminan kehidupan yang aman, sejahtera, adil dan makmur dalam bingkai NKRI. Pancasila pun sudah terbukti mampu melindungi segenap anak bangsa dari berbagai upaya upaya perpecahan.

“Kita berhadapan dengan bagaimana konten yang isinya ideologi yang anti Pancasila itu. Nah, kalau seperti ini terus kita kan masih sering melihat orang kampanye soal khilafah, orang kampanye soal Daulah Islam, dan sebagainya. Menurut saya harus perlu untuk disikapi bagaimana menghadapi yang menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu,” ungkapnya.

Menurutnya, para tokoh agama memiliki peran dan pengaruh yang strategis untuk mempengaruhi pola pikir dan memberikan literasi keagamaan  dan membekali umat untuk mencintai kerukunan dan persatuan baik di dunia maya maupun dunia nyata. “Tokoh agama itu berada pada posisi yang sangat didengar oleh masyarakat, karena Indonesia ini adalah negara yang agamis. Tokoh-tokoh agama bisa menaungi umat, menaungi bangsa ini dalam kerukunan dan persatuan,” ucap Kepala Program Studi Kajian Terorisme, Universitas Indonesia ini.

Baca juga : Ganjar Pranowo Mendapat Dukungan Santri Di Ujung Negeri

Literasi keagamaan, menurutnya, perlu didorong di antara sesama anak bangsa. Ini penting agar ketika masyarakat mendapati isu-isu yang muncul di media sosial, masyarakat memiliki daya tangkal untuk bisa memfilter. Tidak hanya literasi keagamaan, juga literasi bermedia sosial, serta literasi kognitif perlu digalakkan sebagai upaya  mitigasi.

“Jadi jangan sampai kemudian ketika menerima isu-isu itu responsnya jadi destruktif, apalagi yang bertentangan dengan ideologi dan nilai-nilai dari Pancasila. Itu yang harus kita hindari,” ujar pria yang akrab disapa Gus Syauqi ini.

Peraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) bidang Ilmu Politik dari Marmara University ini menilai, menjelang tahun politik 2024, medsos akan kembali menjadi platform yang efektif sebagai arena pertarungan politik yang berpotensi menimbulkan perpecahan. “Dengan menggunakan medsos itu tidak ada biaya yang tinggi. Cukup bikin konten, menghasut, menyebarkan kebencian, lalu kemudian melakukan intimidasi atas perbedaan pilihan politik. Ini kita tidak bisa lagi melakukan diskusi, tapi kita perlu kerja keras untuk mereduksi adanya upaya-upaya penggunaan media sosial untuk mengkampanyekan intimidasi politik terhadap perbedaan politik,” kata Syauqi.

Baca juga : Sukur Ajak Banteng Banten Bumikan Nilai nilai Pancasila

Ia menyebutkan, setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan guna mencegah penyalahgunaan penggunaan medsos sebagai alat untuk propaganda yang dapat menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Pertama, publik harus diedukasi. Kedua, memperkuat civil society dengan pelibatan masyarakat. “Ketiga, aparat penegak hukumnya juga harus tegas,” ujarnya.â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.