Dark/Light Mode

Iwan Bule, Jantan Dong Berani Mundur Nggak

Sabtu, 15 Oktober 2022 07:54 WIB
Ketua TGIPF Tragedi Kanjuruhan Mahfud Md bersama tim menggelar konferensi pers usai melaporkan hasil TGIPF ke Presiden Jokowi. (Foto: YouTube)
Ketua TGIPF Tragedi Kanjuruhan Mahfud Md bersama tim menggelar konferensi pers usai melaporkan hasil TGIPF ke Presiden Jokowi. (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) akhirnya menyerahkan laporan hasil investigasi tragedi di Stadion Kanjuruhan kepada Presiden Jokowi, kemarin. Dalam laporan setebal 136 halaman itu, tim yang dikomandoi Menko Polhukam Mahfud MD itu, merekomendasikan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan atau Iwan Bule mundur sebagai bentuk tanggung jawab moral atas meninggalnya 132 korban jiwa. Pak Iwan Bule, berani mundur nggak ya? 

Mahfud dan rombongan tiba di Kompleks Istana sekitar pukul 1.12 siang dengan menumpang bus. Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, tampil dengan batik lengan panjang warna cokelat. Sebanyak 13 anggota TGIPF ikut mendampingi.  

Saat dicegat wartawan, Mahfud bilang, kedatangannya untuk menyerahkan hasil investigasi TGIPF ke Presiden. Kata dia, laporan ini berdasarkan temuan-temuan yang mungkin belum muncul di berbagai media. 

Baca juga : Mantan Jenderal Kudu Luwes Saat Sapa Rakyat

Apa itu? Soal ini Mahfud tak mau banyak bicara.  "Isinya apa, saya harus menyampaikan dulu ke Presiden, baru ke Anda," kata Mahfud, sambil bergegas meninggalkan wartawan. 

Satu jam kemudian, Mahfud muncul lagi dan memberikan keterangan pers. Kepada wartawan, Mahfud mengatakakan, laporan dibikin secara independen. Hasil laporan itu akan diolah oleh Presiden untuk kebijakan keolahragaan nasional. Apa isinya? Mahfud bilang, tim menemukan fakta bahwa korban yang jatuh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi dan medsos.

“Karena kami merekonstruksi dari 32 CCTV yang dimiliki oleh aparat. Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot, mati, semprot, mati," kata Mahfud. 

Baca juga : Kemenkumham Buka Seleksi Jabatan Dirjen Peraturan Perundang-undangan

Kata Mahfud, ada korban yang awalnya saling gandengan untuk keluar, satu bisa keluar, yang satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk menolong temannya. Terinjak-injak lalu mati. Ada juga yang memberikan bantuan pernapasan. "Karena satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu kena semprot juga, mati. Itu ada di CCTV. Lebih mengerikan dari pada yang beredar," ucapnya. 

Mahfud mengatakan, korban yang mati dan sekarang kritis, dipastikan terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. 

Soal tingkat keberbahayaan dari gas air mata sedang diperiksa oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). "Tetapi, apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mencoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," ucapnya. 

Baca juga : Sejahterakan Petani, Kementan Dukung Pengembangan Cabai Paku

Mahfud juga menyoroti soal semua stakeholders yang saling menghindar dari tanggung jawab. Semua berlindung di bawah aturan-aturan dan kontrak-kontrak yang secara formal sah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.