Dark/Light Mode

Gerakan "Aku Sama" sebagai Bagian Integral dari Circular Economy Sektor Food and Beverage: Dari Limbah menjadi Energi

Kamis, 29 Desember 2022 17:44 WIB
Industri makanan dan minuman masa depan/Ilustrasi. (Foto: NFCI Hospitality)
Industri makanan dan minuman masa depan/Ilustrasi. (Foto: NFCI Hospitality)

Di Indonesia, produksi sampah diperkirakan mencapai 72,9 juta ton pada 2030, yang dalam beberapa sektor volume sampah akan meningkat hingga 82 persen. Peningkatan yang terbilang signifikan pada dekade berikutnya tersebut dipengaruhi dua faktor kunci. Pertama, adalah adanya pertambahan rakyat Indonesia yang bergabung pada kelas masyarakat konsumtif, yang meningkatkan permintaan kebutuhan pokok masyarakat sebagai konsumen. Pertambahan tersebut diproyeksikan mencapai 90 juta penduduk pada tahun 2030. Kedua, menurut perkiraan pemerintah, sekitar 67 persen penduduk Indonesia akan hidup di daerah perkotaan. Tak bisa mengelak, urbanisasi tersebut juga turut mendorong permintaan kebutuhan pokok. Selain itu, pembangunan rumah dan infrastruktur publik lainnya, jelas akan menghasilkan limbah dalam prosesnya. Pada akhirnya, persoalan sampah tersebut menegaskan kepentingan untuk mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular menjadi sangat signifikan.

Ekonomi sirkular (circular economy) bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi sembari mempertahankan nilai bahan, produk, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin. Sehingga nantinya dapat meminimalkan kerusakan lingkungan dan dampak negatif seperti persoalan timbunan sampah yang disebabkan oleh pola ekonomi linier. Peminimalan kerusakan lingkungan tersebut misalnya adalah pengelolaan limbah atau sampah hasil produksi dengan daur ulang. Tidak hanya berupa pengelolaan limbah yang dengan daur ulang, ekonomi sirkular mencakup serangkaian fokus dan lokus yang luas di semua sektor ekonomi. Aktivitas ekonomi sirkular difokuskan pada 5R: Reduce, Reuse, Recycle, Refurbish, dan Renew.

Baca juga : Bernilai Fantastis, Tahun Ini Creator Economy Jadi Industri Digital Yang Menjanjikan

Terkait dengan peluang, lima sektor di Indonesia diestimasi memiliki potensi yang besar untuk mengadopsi ekonomi sirkular. Kelima sektor tersebut yakni makanan dan minuman (food and beverage) dengan presentasi limbah yang paling besar yakni 57,4 persen. Kemudian disusul dengan sektor konstruksi dengan persentase limbah sebesar 29,0 persen, perdagangan grosir dan eceran sebesar 5,4 persen, sektor tekstil sebesar 2,3 persen, serta sektor peralatan elektronik dan elektronik dengan limbah e-waste sebesar 1,8 persen. Peluang ini didasarkan pada kenyataan bahwa sektor-sektor tersebut merepresentasikan hampir sepertiga dari PDB Indonesia, yang mempekerjakan lebih dari 43 juta orang di 2019. 

Pemaksimalan ekonomi sirkular pada kelima sektor ini akan berdampak langsung di lima sektor yang bervariasi dari Rp 1.563 triliun menjadi Rp 312 triliun. Selain itu, berdasarkan persentase limbah pada tahun 2022, adopsi ekonomi sirkular akan mengurangi limbah tiap sektor sekitar 18-52 persen di tahun 2030. Pada sektor sosial, akan menciptakan lapangan kerja baru sebesar 4,4 juta di tahun 2030 seperti yang telah disebutkan di atas. 

Food and Beverage sebagai Fokus

Baca juga : Terapkan Nilai Kebangsaan, Jalan Desa Di Aceh Berubah Jadi Pancasila

Dari kelima sektor yang berpeluang besar dalam ekonomi sirkular, sektor makanan dan minuman memiliki persentase yang paling besar. Selanjutnya, berdasarkan pendekatan 5R, peluang dan prioritas pada sektor-sektor dapat diidentifikasi. Prioritas-prioritas ini diidentifikasi berdasar pada bukti dan data yang ada dan menggambarkan prioritas tersebut memiliki potensi untuk membuat dampak yang paling besar dalam sektor tersebut. Hasil identifikasi kemudian direvisi berdasarkan konsultasi dengan para pemangku kepentingan. Pada sektor makanan dan minuman, kerangka “Reduce” (pengurangan) dan “Recycle” (pendaurulangan) memiliki peluang terbesar. Peluang-peluang dalam kerangka yang diprioritaskan tersebut yakni sebagai berikut: (1) mengurangi pemborosan makanan pada tahap setelah panen; (2) mengurangi pemborosan dan limbah makanan dalam rantai pasok pangan; (3) mengurangi limbah makanan konsumen; dan (4) mengurangi pemborosan dan limbah makanan dalam proses produksi dengan mengolah atau mendaur ulang. 

Gerakan “Aku Sama” (Ayo Kurangi Sampah Makanan) sebagai Jawaban

Gerakan Ayo Kurangi Limbah Makanan atau disingkat “Aku Lima” merupakan sebuah gagasan yang mendukung ekonomi sirkular, khusunya pada sektor makanan dan minuman. Gerakan ini disusun dengan berdasar pada keempat prioritas yang telah dianalisis Bappenas, bersama Duta Besar Denmark dan UNDP. Berdasarkan peluang yang diprioritaskan tersebut, pada dasarnya gerakan ini terdiri atas dua poin besar. Pertama, pengurangan pemborosan makanan pada konsumen. Kegiatan ini ditujukan pada konsumen keseluruhan dari rumah tangga, bisnis kuliner, UMKM, dan lain lain. Sektor rumah tangga menjadi sasaran karena menjadi penyumbang terbesar limbah makanan dengan persentase mencapai 63,64 persen atau setara dengan 77 kg dari sekitar 300 kg limbah makanan per orang per tahun. Kemudian, disusul limbah restoran sebesar 23,14 persen (28 kg) dan pedagang sebesar 13,22 persen (16 kg). Selanjutnya, dalam rangkainnya, ini akan dilakukan kampanye dan social marketing menggunakan slogan yakni “Aku Sama, Indonesia Hijau Sejahtera”. Selain itu, dapat pula dipromosikan melalui papan iklan, sosial media, dan media promosi lainnya. 

Baca juga : Lestari: Luruskan Sejarah Dengan Rajut Kebhinnekaan

Kegiatan kedua adalah mengolah atau mendaur ulang limbah makanan dan minuman menjadi energi. Kegiatan ini menyasar pada sektor pertanian, industri pangan, peternakan, dan produsen makanan lainnya. Pada dasarnya poin kedua ini berupa imbauan dan anjuran kepada produsen pangan untuk mengolah limbahnya menjadi sesuatu yang dapat digunakan kembali, yakni menjadi energi. Untuk mengubah sisa makanan kita menjadi energi, harus melalui proses pencernaan anaerobik. Jadi, sisa makanan yang seharusnya kita bawa ke TPA sekarang dibawa ke tempat pengolahan sampah makanan. Di sini pekerja atau mesin akan memilah-milah sisa makanan untuk menghilangkan bahan yang dapat mencemari proses. Kemudian makanan ditempatkan ke dalam tangki pencernaan.

Kesimpulan

Gerakan ini jelas membutuhkan partisipasi dari semua pihak. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan juga berperan sebagai fasilitator gerakan “Aku Sama” Ayo Kurangi Sampah Makanan. Terlebih lagi pada pemerintah daerah agar menekankan kebijakan kebijakan yang lebih spesifik disesuaikan dengan daerahnya. Pengimplementasian sirkular ekonomi juga akan menghadapi banyak tantangan. Kurangnya fasilitas, terutama untuk menerapkan gerakan “Aku Sama” poin kedua juga menjadi hambatan terlaksananya ekonomi sirkular. Terlebih penerapan ekonomi sirkular berkaitan erat dengan upaya menyulap kebiasaan masyarakat sebagai konsumen dan produsen dari pola-pola linier menuju sebuah pola baru dengan skema sirkularitas. Sehingga, kesadaran masyarakat selaku produsen sekaligus konsumen memiliki peran paling penting untuk menjamin keberhasilan dalam circular economy. Oleh karena itu mari bersama-sama ikut berpartisipasi dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang Hijau Sejahtera melalui circular economy.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.