Dark/Light Mode

Viral Anak Minum Kental Manis

Literasi Rendah Bikin Masyarakat Tak Terbiasa Perhatikan Kandungan Nutrisi

Selasa, 14 Februari 2023 22:56 WIB
Sekjen Kopmas Yuli Supriyati (kanan) dan dr Agnes Tri Harjaningrum (tengah). (Foto: Istimewa)
Sekjen Kopmas Yuli Supriyati (kanan) dan dr Agnes Tri Harjaningrum (tengah). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa waktu lalu, sempat viral di media sosial anak minum kental manis, bahkan ada yang diberi minum kopi susu untuk mencukupi nutrisinya. Hal ini menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas).

Sekjen Kopmas Yuli Supriyati mengatakan, fenomena ini sudah menjadi turun-temurun karena minimnya literasi di masyarakat. Masih banyak anggapan salah kaprah bahwa kental manis dinilai sebagai susu, padahal bukan.

Ada juga asumsi di masyarakat kalau ada kata susunya seperti kopi susu, permen susu, atau lainnya yang ada kata susu, sudah pasti sehat. “Jadi, mereka langsung mengkategorikan itu pasti susu. Padahal itu bukan susu. Susu itu didapatkan dari hewan," kata Yuni, dalam diskusi “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak dan Peran Media Sosial”, di Jakarta, Selasa (14/2).

Baca juga : Sharp Ajak Generasi Muda Berpartisipasi Aktif Dalam Pelestarian Lingkungan

Minimnya literasi masyarakat menjadi catatan untuk pemerintah. Menurutnya, perlu dilakukan secara merata informasi atau pembekalan apa itu susu.

Dia menilai, asumsi masyarakat yang berkembang adalah minum kental manis atau produk kemasan campur susu karena merasa enak. “Mereka tidak paham bahwa kental manis bukanlah untuk anak-anak, khususnya usia di bawah usia 12 bulan,” ucapnya.

Rendahnya literasi membuat masyarakat tidak terbiasa memperhatikan kandungan nutrisi pada produk yang dikonsumsi. Bagi mereka, asal kenyang, asal enak, dan disukai anak-anak. “Masyarakat juga tidak paham kenapa kental manis tidak boleh diberikan sebagai minum susu untuk anak,” imbuhnya.

Baca juga : Saga Kenalkan Ganjar Pranowo Kepada Masyarakat Purwakarta Dan Kudus

Di acara yang sama, ahli gizi dr Agnes Tri Harjaningrum menjelaskan, rendahnya literasi di masyarakat memicu dampak jangka pendek dan panjang bagi kesehatan anak. Masalah tersebut bisa mengganggu kesehatan anak, baik dari segi pemenuhan gizi maupun pertumbuhannya.

"Jangka pendek bisa membuat anak obesitas. Sementara jangka panjang bisa menyebabkan stunting pada anak, juga penyakit lain," ujar dr Agnes.

Karena itu, para orang tua disarankan menghentikan kebiasaan memberikan anak kental manis. Sebaiknya para orang tua beralih dengan memberikan susu bubuk atau susu sapi murni yang diolah dengan pasteurisasi, UHT atau sejenisnya.

Baca juga : Sandi Dijuluki Menteri Pergerakan Ekonomi Bagi Masyarakat Makassar

Kental manis yang diseduh sangat tidak dianjurkan ahli gizi. Bahkan, sejak 2018, terdapat larangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai konsumsi kental manis bagi balita.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.