Dark/Light Mode

Waspada Arcturus

Prof. Tjandra: Vaksinasi Booster Kedua Harus Digencarkan Lagi

Kamis, 13 April 2023 21:31 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan tujuh poin penting terkait kasus Covid-19 akibat varian Arcturus di Indonesia. Sejalan data GISAID hari ini, yang mengungkap adanya varian Arcturus di Indonesia.

Pertama, kenaikan kasus Covid-19 di banyak negara, dipicu varian baru XBB.1.16 atau Arcturus.

Kedua, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian ini memang perlu diwaspadai, “XBB.1.16 Arcturus is the next Omicron variant to watch," begitu katanya.

Ketiga, dalam 3 hari terakhir ini, total kasus Covid Indonesia nyaris 1.000 orang, dengan angka kematian lebih dari dua digit.

Baca juga : Harlah Ke-53, Airlangga: Satkar Ulama Harus Dukung Kemajuan Indonesia

"Walau belum ada informasi resmi tentang seberapa dominan Arcturus di negara kita, bukan tidak mungkin menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus, sebagaimana yang terjadi di negara lain," papar Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Keempat, secara umum, ada tiga kemungkinan varian baru Covid. Yakni base scenario, seperti berbagai varian yang ada sekarang ini. Kemudian best scenario, kalau nanti ada varian baru yang lebih lemah. Lalu, worst scenario, kalau-kalau ada varian baru yang lebih ganas.

"Mudah-mudahan, ini tidak terjadi. Arcturus masuk dalam kategori pertama, base scenario," ujar Prof. Tjandra. 

Kelima, data yang ada menunjukkan, Arcturus lebih mudah menular. Sehingga, jumlah kasus dapat saja meningkat, tetapi sebagian besar kasusnya adalah ringan.

Baca juga : Produk Belum Sertifikat Halal Dikenakan Sanksi

Jadi, kalaupun kasus bertambah, tidak akan separah dulu. "Tentu, kalau tidak ada perubahan genomik di masa datang," cetus Prof. Tjandra.

Keenam, cara penularan Arcturus sama seperti Covid pada umumnya. Tentang gejala, tidak ada gejala khas yang membedakan Arcturus dengan varian-varian lain.

Jadi, untuk memastikannya, harus dilakukan whole genome sequencing (WGS).

Ketujuh, Prof. Tjandra menyampaikan anjuran untuk pemerintah terkait situasi ini. 

Baca juga : Ini 5 Catatan Penting Prof. Tjandra, Soal Tren Berobat Ke Luar Negeri Di Indonesia

Menurutnya, jumlah WGS harus ditingkatkan. Sehingga, bisa tahu pola varian yang ada. Termasuk, ada tidaknya dan dominan tidaknya Arcturus.

"Pemerintah juga harus melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) mendalam pada kasus-kasus alam tiga hari terakhir, yang hampir seribu jumlahnya. Serta menggalakkan kembali vaksinasi booster kedua, yang sekarang sudah tidak banyak dibicarakan lagi," pungkas mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta eks Kabalitbangkes ini. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.