Dark/Light Mode

Kritik Adian Napitupulu, LPI dan TIM 8 Ingatkan Jokowi Effect

Jumat, 3 November 2023 12:01 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Konstelasi politik menjelang Pilpres 2024 kian memanas. Salah satu yang masih menjadi perhatian publik adalah sindiran politisi Adian Napitupulu yang diduga ditunjukkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Adian menyebutkan bahwa partainya memberikan banyak hal kepada mantan Wali Kota Solo tersebut.

"Ada yang minta jadi gubernur, dikasih. Ada yang minta anaknya jadi Wali Kota dikasih, menantunya jadi wali kota dikasih," kata Adian, di salah satu media, beberapa waktu lalu.

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Lingkar Pemuda Indonesia (LPI) Muda Saleh menilai bahwa sindiran Adian tidak berdasar dan bisa menimbulkan kegaduhan hingga bisa berdampak buruk.

Baca juga : Cari Cawapres, Mega Terus Diskusi Dengan Jokowi

"Kita tahu, apa dan kepada siapa yang Adian tuju. Namun perlu diketahui bahwa efek Jokowi mempengaruhi elektabilitas partainya, toh buktinya Gibran terpilih, begitu pula Bobby Nasution terpilih," ucap Muda kepada media.

Dia menilai, penyataan Adian memperlihatkan kualitas berpikir rendah yang mempertontonkan sikap kecewa di depan publik.

"Ini bisa ngelantur, tidak menempatkan redaksional yang tepat pada tempat yang seharusnya disampaikan. Jelas ada indikasi menjatuhkan nama baik Presiden Jokowi, yang seolah-olah kesuksesan yang dimiliki baik Jokowi, maupun putranya sulungnya serta Bobby dari partainya," papar Muda.

Padahal menurutnya, justru PDIP yang harus berterima kasih kepada Jokowi lantaran suaranya meningkat.

Baca juga : Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2023, Prof Tjandra Ingatkan Konsep REEA

"Banyak pihak menyebut karena Jokowi effect,” ungkapnya.

Sementara itu Sekretaris Umum TIM 8 Relawan Jokowi Bergerak Bersama Prabowo (TIM 8-RJBBP), Akhrom Saleh menguatkan yang disampaikan Muda.

Menurutnya, hanya pada pemilu tahun 1999 suara PDIP mencapai tingkat tertinggi, yakni sebanyak 35,62 juta suara.

Kemudian, pada tahun 2004, 2009 PDIP mengalami kemerosotan suara yang signifikan.

Baca juga : Petani Papua Dukung Pembenahan Tata Kelola Sawit

"Pemilu tahun 2004 suara PDIP turun sebesar 21,03 juta. Dan tahun 2009 turun lagi suaranya jadi 14,58 juta suara," bebernya.

Ketika mengusung Jokowi sebagai calon presiden, suara PDIP kembali naik.

"Tahun 2014, suara nasional PDIP menjadi 23,67 juta suara. Bahkan di tahun 2019 naik lagi menjadi 27,05 juta suara. Ini artinya kalau kita simpulkan, adanya efek Jokowi,” tandas Akhrom.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.