Dark/Light Mode

Denny JA Luncurkan 4 Buku Lukisan Artificial Intelligence

Rabu, 10 Januari 2024 20:30 WIB
Buku Denny JA. (Foto: Ist)
Buku Denny JA. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di sela-sela kesibukannya selaku konsultan politik Pilpres 2024 di era kampanye, Denny JA selalu mengisi waktu luangnya melukis dengan bantuan Artificial intelligence (AI), juga menulis puisi esai, dan menghidupkan forum spiritualitas antar keyakinan.

Menurut Denny, politik praktis membuatnya harus menyempitkan fokus, dengan cara berpikir terukur. Tapi lukisan, puisi dan dunia spiritualitas meluas kembali wawasannya, keluar dari ukuran- ukuran yang baku. 

Tak terasa, Denny sudah menerbitkan empat buku lukisan AI, dengan total 307 karya. Berbeda dengan karya sebelumnya, di buku lukisan keempat, Denny lebih menemukan ciri khas lukisannya. Tokoh yang dilukisnya, umumnya memiliki telinga yang lebih besar.

“Telinga yang lebih besar itu simbol harapan sang pelukis. Ini era kita harus mendengar lebih banyak. Itu disimbolkan dengan telinga yang lebih besar dibandingkan ukuran telinga yang biasa,” ujarnya.

Baca juga : Nestlé Indonesia Luncurkan Bangku Daur Ulang Plastik Sachet

Denny mengaku mempelajari karakter pelukis dunia lain. Salah satunya Margaret Keane. Dia dikenal dengan gaya lukisannya yang menampilkan anak-anak dengan mata yang sangat besar, dikenal sebagai "Big Eyes." 

Ciri khas ini muncul dari pengalaman pribadinya dan keinginannya untuk mengekspresikan emosi melalui mata yang ekspresif. Proses kreatifnya melibatkan pengamatan mendalam terhadap ekspresi wajah dan ekspresi emosional anak-anak.

Sementara itu, Fernando Botero dikenal dengan gaya lukisannya yang menggambarkan tubuh manusia dan objek dengan proporsi yang sangat besar dan bulat. Ciri khas ini terinspirasi oleh minatnya terhadap seni Baroque dan Renaissance. Dalam era itu, proporsi yang berlebihan sering digunakan untuk menonjolkan keindahan dan kekuatan visual. 

Proses kreatif Botero melibatkan eksperimen dengan proporsi dan bentuk untuk mencapai estetika yang khas dan menggemaskan.

Baca juga : MK Luncurkan 34 Buku di HUT ke-20, Perpusnas Beri Apresiasi

Kedua seniman ini menemukan ciri khas mereka melalui eksplorasi visual, pengamatan mendalam, dan keinginan kuat untuk menyampaikan pesan atau emosi tertentu melalui karya seni mereka.

Salah satu contoh terkenal dari Margaret Keane dengan ciri khas adalah lukisan berjudul "The Big Eyes." Karya ini menampilkan seorang anak perempuan dengan mata yang sangat besar, memberikan sentuhan dramatis pada ekspresinya dan memperkuat identitas visual yang menjadi ciri.

Sementara itu, salah satu karya terkenal Fernando Botero adalah lukisan "Mona Lisa, Age 12." Dalam lukisan ini, Botero memberikan interpretasi uniknya terhadap Mona Lisa dengan mengeksagerasi proporsi wajah dan tubuh, menciptakan estetika bulat dan penuh yang menjadi ciri khasnya.

“Maka saya pun merumuskan ciri khas lukisan. Di era ini, kita perlu mendengar lebih banyak. Kita perlu lebih membuka telinga. Sikap ini disimbolkan dengan kita perlu telinga yang lebih besar,” katanya.

Baca juga : Gandeng UMKM, SP Beaute Luncurkan 8 Produk Skin Care Dengan Harga Terjangkau

“Maka 62 lukisan saya dalam buku ini, dipenuhi oleh figur dengan telinga atau kuping yang  jauh lebih besar,” ujarnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.