Dark/Light Mode

Pendonor Ibunya Sendiri

RSUP Fatmawati Sukses Transplantasi Ginjal Perdana, Pasien Usia 20 Tahun

Selasa, 23 Januari 2024 09:20 WIB
RSUP Fatmawati Jakarta berhasil melakukan operasi transplantasi ginjal perdana, Senin (22/1/2024). (Foto: Humas Kemenkes)
RSUP Fatmawati Jakarta berhasil melakukan operasi transplantasi ginjal perdana, Senin (22/1/2024). (Foto: Humas Kemenkes)

RM.id  Rakyat Merdeka - RSUP Fatmawati Jakarta berhasil melakukan operasi transplantasi ginjal perdana, Senin (22/1/2024). Dengan pasien perempuan berusia 20 tahun, dan ibunya yang berusia 41 tahun sebagai pendonor.

Transplantasi ginjal merupakan bagian dari program pengampuan layanan urologi-nefrologi, yang digaungkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memeratakan layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

Sebelum pelaksanaan operasi transplantasi ginjal, berbagai persiapan telah dimatangkan sejak beberapa bulan lalu. Mulai dari administrasi, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan prasarana.

Terkait persiapan administrasi dan kelengkapan dokumen, RSUP Fatmawati telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Transplantasi Nasional (KTN), dan ditetapkan sebagai rumah sakit penyelenggara transplantasi ginjal oleh Kemenkes.

Pasien yang menerima donasi ginjal kiri dari ibunya, diketahui mengalami gagal ginjal sejak Oktober 2023, akibat penyakit glomerulonefritis kronik atau peradangan ginjal.

Sebelum menjalani operasi, keduanya telah menjalani pemeriksaan oleh dokter konsultan ginjal hipertensi (nefrologi). Setelah itu, keduanya melakukan wawancara kelayakan medikolegal oleh tim hukum dan advokasi.

Baca juga : RSUP Fatmawati Berhasil Transplantasi Ginjal Perdana

Setelah mendapat rekomendasi dari tim hukum dan advokasi, keduanya menjalani berbagai pemeriksaan penunjang, serta konsultasi dengan spesialis dan subspesialis dari berbagai disiplin ilmu.

Anak perempuan selaku resipien, juga telah menjalani serangkaian vaksinasi untuk mencegah kejadian infeksi pasca transplantasi.

Operasi dilakukan oleh dokter spesialis urologi RSUP Fatmawati Jakarta bersama dokter spesialis urologi konsultan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, sebagai rumah sakit pengampu nasional.

Dokter spesialis urologi juga akan didampingi oleh dokter spesialis nefrologi, anestesi, radiologi, dan berbagai dokter spesialis lain yang tergabung dalam tim transplantasi ginjal.

Setelah operasi, pasien resipien akan dirawat selama beberapa hari, sampai kondisinya dinyatakan stabil untuk kembali ke ruang perawatan biasa.

Layanan transplantasi ginjal di RSUP Fatmawati diharapkan berkesinambungan, dan menjadi alternatif solusi pengobatan untuk pasien gagal ginjal. Karena dapat memberikan kualitas hidup dan angka harapan hidup yang lebih baik.

Kondisi Pasien dan Pendonor

Baca juga : Spotify Hadirkan Siaran Langsung Perdana, Wrapped Live Indonesia 2023 Di RCTI

Ketua Tim Transplantasi Ginjal dr. Elizabeth Yasmine Wardoyo, SpPD, KGH, FINASIM menjelaskan, kondisi terakhir pedonor saat ini sudah stabil dan kembali ke ruang perawatan biasa. Kondisi resipien juga baik.

Artinya, fungsi ginjalnya yang saat ini dalam pengawasan ketat, sudah berjalan baik.

“Resipien akan dirawat secara intensif. Saat ini, masuk ke dalam perawatan ICU. RS Fatmawati sudah mengembangkan ICU bertekanan positif, yang kami khususkan untuk resipien transplantasi organ, demi meminimalkan infeksi pasca operasi,” jelas dr. Elizabeth.

Pasien yang akan melakukan transplantasi ginjal, bisa mendapatkan pembiayaan dari BPJS Kesehatan. Namun, ada selisih biaya yang harus dibayarkan pasien. Selisih ini dapat dibayar secara mandiri atau asuransi lain.

Transformasi Kesehatan

Plt Direktur Utama RS Fatmawati dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan, pelayanan transplantasi ginjal ini merupakan wujud dari transformasi kesehatan pilar pelayanan rujukan.

Pelayanan ginjal ini masuk ke dalam pelayanan penyakit prioritas selain kanker, jantung, dan stroke.

Baca juga : Pesan Ibunda Kepada Imin: Jangan Terlalu Pede Menang, Jangan Terlalu Takut Kalah

"Ini adalah upaya di hilir, dengan maksud menekan biaya cuci darah secara rutin,” ujar dr. Syahril.

Kemenkes telah memiliki program untuk mengawal di hulu dengan upaya preventif, yang lebih penting ketimbang di hilir.

Program preventif mencegah masyarakat mengalami gagal ginjal kronis, melalui berbagai cara edukasi dan promosi pola hidup sehat. Termasuk, pola makan dan pola hidup membangun kebiasaan-kebiasaan, untuk mencegah terjadinya gangguan ginjal.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.