Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Membangun Optimisme Masyarakat Di Tengah Wabah Corona

Kamis, 2 April 2020 09:05 WIB
Tantan Hermansah. (Foto: Dok. Pribadi)
Tantan Hermansah. (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemik yang sudah menjadi narasi publik seperti mengkonfirmasi, bahwa masyarakat selalu berada pada dua sisi yang bersebelahan. Antara mereka yang siap dan kurang atau tidak siap.

Mereka yang cukup sumber daya dan pas-pasan atau kekurangan. Mereka yang pesimis dan optimis. Namun demikian, di tengah musibah yang tidak pandang bulu ini, sejatinya optimisme harus terus dijaga, dirawat, dan terus ditularkan.

Sebagaimana virus, harapan juga bisa ditularkan. Jika virus mengancam keberlangsungan; harapan justru menjahitnya untuk melanjutkan kehidupan. Kota hari ini seperti parabola raksasa yang siap menampung dan menyebarkan infomasi.

Apapun informasi yang diterima atau diproduksi oleh kota, akan menyebar kembali sesuai daya jangkaunya. Semakin kuat gelombang yang ditransmisikannya, maka akan semakin jauh penerimaannya.

Jika kota menginformasikan berbagai hal yang akan menghasilkan sikap dan respon negatif, maka jangan heran jika akhirnya menghasilkan respon balik dari mereka yang menerima informasi dalam bentuk kecemasan dan kepanikan; sebaliknya, jika optimisme yang ditransmisikan, maka keyakinan akan melewati berbagai tantangan dan hambatan akan terjadi.

Baca juga : YLKI Buka Posko Pengaduan Wabah Virus Corona

Sebagai sebuah parabola raksasa, kota memiliki pilihan untuk menginformasikan kedua cara pandang tersebut. Maka dari itu, berbagai narasi yang akan ditransmisikan tersebut, sejatinya memang hasil refleksi berulang dari para pemangku kepentingan atas isu yang disampaikan ke publik.

Maka ketika publik bereaksi negatif atas pernyataan resmi yang dikemukakan oleh jubir pemerintah dan mengaitkannya kepada judge strata ekonomi kelas tertentu (kaya vs miskin) sesungguhnya wajar saja.

Publik akan merespon sesuai dengan cara pandang pemberi atau penyampai infomasi. Dalam konteks seperti ini kita membutuhkan paradigma yang kuat dalam memproduksi isu dan informasi.

Meski publik memiliki hak untuk mendapatkan data dan informasi, namun pemerintah bisa lebih peka akan dampak dan manfaat dari satu produksi isu.

Contoh, jika kita telisik lebih dalam berbagai informasi yang disampaikan sang jubir, beberapa pertanyaan bisa dikemukakan: apa pentingnya informasi itu bagi rakyat banyak dan kalangan awam. Sebab secara riil identitas pasien sendiri dikatakan rahasia.

Baca juga : Begini Cara Pertamina Perkuat UMKM di Tengah Wabah Corona

Optimis vs Anomali

Jika menggunakan cara pandang Sosiologi, sudah lama dikemukakan mengenai teori anomali. Anomali hadir sebagai bacaan untuk fakta atau fenomena baru yang muncul, namun di luar struktur yang ada, baik itu politik, ekonomi, atau bahkan budaya.

Anomali bisa dibaca dengan baik jika pola relasi dan struktur yang ada memang bekerja. Melalui konsep anomali, maka bisa ditemukan bagaimana hal-hal yang mapan akhirnya mengalami pembelolan-pembelokan. Proses pembelokan ini pula yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial.

Dalam konteks yang ada sejumlah anomali terjadi. Misalnya proses produksi informasi bukan hanya melalui agen tunggal, seperti pemerintah. Tetapi bisa siapapun yang kebetulan mendapatkan momentum dengan sendirinya bisa menjadi produsen informasi.

Di sinilah pentingnya menjaga semangat optimisme tersebut. Di tengah musibah besar seperti sekarang ini memang harapan akan tetap bangkit melewati hari-hari sangat penting. Sebab, narasi kebangkitan dan optimis ini bisa jadi mengalahkan anjuran pemerintah untuk dia di rumah.

Baca juga : Yamaha Luncurkan Program Servis Di Rumah Cegah Corona

Dalam konteks ini juga maka seorang pemimpin jaman hadir menghembuskan udara optimistis yang mengalir ke benak dan kesadaran setiap orang. Tanpa optimisme yang kuat, kita bisa melewati hari dengan banyak bingung dan penuh duka. [RUS]

Penulis adalah Doktor Bidang Sosiologi Universitas Indonesia, Dosen Sosiologi Perkotaan & Kaprodi S2 KPI, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.