Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Riset I2

Pandemi Corona, Public Trust dan 10 Top Influencer

Selasa, 28 April 2020 11:41 WIB
Larangan mudik (Kartun: Mice)
Larangan mudik (Kartun: Mice)

RM.id  Rakyat Merdeka - Isu virus Corona (Covid-19) tak hanya mendominasi pemberitaan media online (daring), namun juga menarik perhatian publik di Tanah Air. Dalam riset Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan Intelijen Media dengan menggunakan piranti lunak Artificial Intelligence (AI), bertajuk "Corona, Analisis Media Online, Twitter dan Facebook" mencatat, sepanjang 2 Maret hingga 26 April 2020 terdapat 1.336.363 berita terkait Corona dari 2.623 media daring berbahasa Indonesia.

“Isu Corona bahkan lebih banyak diberitakan media jika dibandingkan dengan pemberitaan Pilpres yang rata-rata sekitar 100 ribu berita per bulan,” ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang dalam diskusi webinar bertajuk “Strategi Komunikasi Krisis Pandemi Covid-19: Memulihkan Public Trust” yang digelar Selasa (28/4).

Menurut Rustika, dinamika pemberitaan isu pandemi Covid-19 dibentuk tiga hal. Yakni curiosity (rasa ingin tahu), controversy (kontroversi), dan story (kisah). 

Pertama, rasa ingin tahu. Rustika menjelaskan, rasa keingintahuan masyarakat yang cukup besar bisa dilihat dari perkembangan pemberitaan di media daring sejak isu virus yang berasal dari Wuhan diberitakan pada akhir Desember 2019. “Meskipun saat itu belum diumumkan adanya pasien Corona di Indonesia, media cukup rajin untuk memberitakan berbagai perkembangan virus di berbagai dunia, utamanya China,” kata Rustika. Setelah diumumkan adanya pasien positif di Indonesia, situasi pemberitaan meningkat tajam. Pemberitaan mencapai 20-34 ribu per hari, atau rata-rata sekitar 28.886 ribu per hari. 

Rustika mengungkapkan, ada sejumlah isu utama yang paling menarik perhatian media terkait Covid-19. Update kasus Covid-19 paling banyak membetot perhatian media mencapai 29.4054 berita. Isu lainnya yang banyak disorot antara lain, stok pangan, hoaks, mudik, dan khsusnya masalah perekonomian pasca-Covid. 

Baca juga : Juni 2020, Pandemi Virus Corona Diprediksi Mereda

Kedua, kontroversi. “Kontroversi selalu menarik atensi media dan masyarakat,” ungkap Rustika. Perbedaan pendapat di antara para pejabat tinggi negara, daerah, antartokoh, senantiasa mendapat ruang terbesar di media online. Kontroversi ini terjadi mulai dari sebelum adanya pasien positif Corona, yang dimunculkan baik dari isu maupun pernyataan yang dianggap kontroversial.

Isu kontroversial  yang menarik perhatian media dan publik antara lain soal anggaran influencer, pernyataan pejabat tinggi negara yang dianggap “meremehkan” Corona, mulai dari pernyataan soal masker Menkes, perijinan yang berbelit, dan lain sebagainya. 

Pasca-Corona masuk Indonesia, kata Rustika, kontroversi lebih banyak di tingkat pengambil keputusan, yang sebenarnya berpengaruh cukup besar bagi masyarakat, apalagi jika dikaitkan dengan public trust. “Beberapa kontroversi yang pernah mengambil panggung di antaranya 'tekanan' lockdown vs tidak lockdown, darurat sipil, kebijakan Menkes vs Kebijakan Luhut Pandjaitan, Luhut Pandjaitan vs Anies Baswedan, mudik vs tidak mudik, dan sebagainya,” papar dia. 

Ketiga, cerita. Menurut Rustika, banyak media menuliskan berita dengan pendekatan penceritaan yang menarik, acapkali dibumbuin drama, saat bicara soal Corona. Mulai dari berbagai kisah dari negeri seberang, isu teori konspirasi, cerita kesembuhan, kisah para dokter dan perawat, hingga kisah dramatis akibat corona karena PHK, jual hp karena kelaparan, dan sebagainya. 

“Hoaks juga salah satunya cukup berkembang pesat karena masyarakat tidak bisa membedakan apakah ini hoaks atau bukan. Karena informasi terbatas atau keengganan mengecek kebenaran berita,” kata Rustika.           

Baca juga : Lawan Corona, Meutya Hafid Sumbang 20 Ton Beras

10 Top Influencer dan Public Trust Indonesia

Indicator (I2) mencatat, ada 10 figur yang masuk dalam jajaran influencer isu Covid-19. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menduduki posisi sebagai top influencer dengan 114.983 pernyataan dikutip media. “Hal ini merupakan satu hal yang positif, media dan masyarakat punya satu arahan (pembentuk wacana) di publik terkait perkembangan isu Corona di  Indonesia. Dikaitkan dengan isu public trust, penempatan Yurianto sudah cukup baik, dan situasi komunikasi relatif terkendali jika dibandingkan sebelum ada jubir khusus,” ujar Rustika.

Top influencer berikutnya masing-masing ditempati Presiden Jokowi dengan 98.273 pernyataan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 42.020 pernyataan, Gubernur Jawa Barat  Ridwan Kamil dengan 33.834 pernyataan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan 25.477 pernyataan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 21.198 pernyataan, serta Kepala BNPB Doni Monardo dengan 16.355 pernyataan.

“Hal yang menarik adalah munculnya nama Presiden AS Donald Trump di posisi top influncer di media Indonesia juga menunjukkan figur ini ternyata cukup menarik perhatian media,” kata Rustika. Donald Trump menjadi top influencer ke-8 dengan 15.949 pernyataan. Media cukup banyak mengikuti berbagai perkembangan Corona di Amerika yang kini memiliki angka tertinggi di dunia, urusan kontroversi soal suntik desinfektan, ancaman setop bantuan ke WHO, hingga tidak mau menunda pemilu AS. 

Di posisi ke-9, ada nama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan 13.909 pernyataan dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Yusri Yunus di posisi ke-10 dengan 11.463 pernyataan. Rustika menilai, sejauh ini komunikasi yang dilakukan pemerintah relatif  membaik, meski dibumbui dengan kontroversi antarpejabat, yang bisa diframing kurang adanya koordinasi diantaranya, dan memunculkan sentimen negatif untuk pemerintahan Jokowi. 

Baca juga : Di Tengah Ancaman Corona, Ekspor Industri Naik 10 Persen

Sementara, Menkes Terawan, yang pada pra-pandemi banyak menguasai panggung dan menjadi top influencer, turun tajam ke posisi 14, di bawah Menko Luhut dan Menko Mahfud MD. Apabila dikaitkan dengan beberapa pernyataannya yang sempat kontroversial, maka tidak ada salahnya jika Menkes memperbaikinya dengan cepat. Situasi ini pernah dialami Ahmad Yurianto, dan ia segera berbenah diri dan lebih hati-hati dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

“Dalam situasi kontingensi seperti saat ini, upaya untuk membangun 'public trust' melalui media tidak bisa dilakukan dengan gaya yang biasa-biasa saja. Perlu ada suatu upaya sehingga masyarakat, punya mercusuar, atau petunjuk arah yang pasti, jelas dan tajam,” kata Rustika.

Menurut dia, di masa pandemi semacam ini, strong message menjadi sesuatu yang sangat penting, terutama strong message yang disampaikan strong leaders. “Hal ini penting mengingat, rasa keingintahuan masyarakat sangat besar, dan mereka membutuhkan sebuah arahan untuk bertindak, berlaku, dan khususnya akan meyakinkan masyarakat akan masa depan mereka,” tegas Rustika. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.