Dark/Light Mode

Kalau Mau New Normal, Dua Minggu Berturut-turut, 50 Persen Kasus Harus Turun Lho

Selasa, 26 Mei 2020 15:17 WIB
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito (Foto: BNPB)
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito (Foto: BNPB)

RM.id  Rakyat Merdeka - Belakangan, istilah The New Normal santer digaungkan. Aktivitas sosial ekonomi diharapkan kembali menggeliat. Untuk itu, ada hal yang harus dipenuhi. 

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan, The New Normal baru bisa diberlakukan bila jumlah kasus positif Covid-19 turun 50 persen selama dua minggu berturut-turut. 

"Indikator epidemiologi, kita harus lihat penurunan jumlah kasus positif 50 persen selama dua minggu sejak puncak terakhir," ujar Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers disiarkan oleh akun Youtube BNPB, Selasa (26/5).

Jika penurunan jumlah kasus Covid-19 tak sampai 50 persen selama dua pekan, suatu daerah belum bisa dianggap baik. Belum diperkenankan melakukan aktivitas The New Normal.

Baca juga : Mahfud Bicara New Normal Ibarat Pernikahan

Tak hanya penurunan kasus positif, angka pasien dalam pemantauan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) juga wajib turun selama dua pekan sejak puncak terakhir.

"Jika jumlah kasus harian turun, jumlah positif yang dirawat di rumah sakit juga turun, maka bisa disebut indikator epidemiologinya bagus," tandas Wiku.

Menurutnya, belum ada wilayah di Indonesia yang benar-benar memenuhi Indikator Kesehatan Masyarakat yang ditetapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Berdasarkan data Gugus Tugas, Jawa Timur mengalami kenaikan 133 persen, Jawa Barat naik 110 persen, Jawa Tengah naik 15,5 persen, DKI Jakarta turun 17,6 persen, dan Yogyakarta turun 41 persen.

Baca juga : Mau ke Barca, Martinez Diminta Jangan Buru-buru Loncat Kandang

"Kalau Jakarta kelihatan sudah mulai turun. Kalau yang ngotot mudik kembali lagi ke Jakarta dan bawa penyakit, bisa-bisa jadi second wave. Sedangkan di Jawa Timur sedang naik-naiknya," kata Wiku.

WHO merekomendasikan perhitungan indikator epidemiologi kepada setiap negara, untuk menentukan keadaan suatu daerah di negaranya. 

Selain indikator epidemiologi, indikator berikutnya adalah surveillances kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Surveillance terlihat dari uji laboratorium yang digelar meningkat serta kasus negatif tinggi. Sedangkan pelayanan kesehatan, nampak dari data yang dilaporkan dengan rapi dan berkala dari pemerintah daerah.

Baca juga : Korban New Coronavirus Terus Berjatuhan, 170 Tewas, Total Kasus Global 7.892

"Indikator itu harus terpenuhi secara bersamaan. Tidak hanya dari satu indikator saja. Usahakan, semuanya baik," tutup Wiku. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.