Dark/Light Mode

Rapat Via Zoom Sering Disusupi, Saatnya Aplikasi Buatan Anak Negeri Tampil

Minggu, 7 Juni 2020 20:27 WIB
Zoombombing/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Zoombombing/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Asosiasi Advance Simulator and Technology (Asitech) Indonesia, Rivira Yuana, menyatakan, aplikasi buatan anak negeri masih menggunakan platform open source (sumber terbuka). Namun begitu, dia memastikan, aplikasi buatan anak negeri secara kustomisasi dapat menghasilkan keamanan data yang lebih baik.

“Dengan source code (naskah program) dikuasai anak negeri serta menggunakan server yang bisa dibuktikan terjamin keamanannya di Indonesia, akan memberikan tingkat secure yang lebih baik,” terang Rivira, dalam pernyataan tertulis yang diterima, Minggu (7/6).

Pernyataan Rivira ini tak lepas dari isu keamanan yang menghantui pengguna aplikasi seminar daring seperti zoom. Antara lain, terjadinya penyusupan orang tidak dikenal saat video conference (Zoombombing), data pengguna bocor, hingga panggilan yang tidak dienkripsi end to end. Kelemahan keamanan ini memicu sejumlah organisasi, perusahaan, pemerintah, lembaga pemerintah, dan sekolah melarang penggunaan zoom atau membatasi penggunaannya. 

“Anak negeri harus segera menjawab persoalan ini. Kita harus segera tampil ke depan, agar aplikasi rancangan anak negeri bisa popular dan mengalahkan aplikasi-aplikasi bikinan luar yang memiliki pendanaan besar,” terangnya. 

Baca juga : Seminggu Luncurkan Aplikasi Bansos, KPK Terima 118 Keluhan

Momentum keresahan ini, urai Rivira, mesti dimanfaatkan web developer asal Indonesia secara optimal. Hal ini akan membuat pertambahan user experience (pengalaman pengguna) bisa secara eksponensial sehingga produk cepat menuju masa kematangannya (matured). 

“Jika angka user experience ini bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta pengguna, tentu aplikasi anak negeri akan lebih cepat mencapai skala ekonomis. Perusahaan pembuat aplikasi anak neger ini, juga bisa secara tidak langsung dapat ‘menjual’ jumlah pengguna aplikasi untuk menarik investor besar,” tambahnya. 

Untuk itu, menurut Rivira, diperlukan komitmen seluruh masyarakat Indonesia akan keberpihakan terhadap aplikasi bikinan lokal berupa sinergi dan kolaborasi berbagai pihak untuk memajukan karya anak negeri. “Saat ini, aplikasi webinar dan video conference bikinan anak negeri tersebut sudah ada, tinggal didorong melalui sinergi dan kolaborasi banyak pihak untuk sama-sama mengembangkannya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia,” terangnya. 

“Semua kekurangan pada produk ini dapat segera diselesaikan jika penggunanya sudah mencapai skala ekonomis misalnya 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Belajar dari Korea, dulu telepon genggam merk Samsung dipandang sebelah mata. Tapi, seiring berjalannya waktu saat ini sudah menjadi brand kelas dunia dengan kapitalisasi market tertinggi.” 

Baca juga : Rapat Virtual, PSSI Bahas Opsi Kelanjutan Kompetisi

Masalah perangkat keras, menurut Rivira, Indonesia memang masih memiliki banyak kekurangan. Salah satunya, kurang tersedianya infrastruktur pendukung seperti pabrik komponen. Namun, dalam bisnis digital, sepertinya otak orang Indonesia tidak akan kalah jika saja diberi kesempatan yang sama. 

“Semua aplikasi, siapa pun yang membuat, pasti awalnya memiliki banyak kekurangan. Makin banyak pengguna yang jadi ‘penguji’ terhadap aplikasi digital, maka makin cepat produk tersebut mencapai kesempurnaan dari sisi pengguna meskipun dalam inovasi tidak ada istilah berhenti,” tegasnya. 

Manfaatkan Bonus Demografi
Dewan Pengarah ASITech Indonesia Alex Indra Lukman memastikan, siap mendukung dan jadi wadah kolaborasi dan sinergi sumber daya dalam negeri untuk akselerasi menjawab tantangan New Normal Indonesia yang lebih efisien dan berdaya saing. Menurut Alex, terlepas dari segala kekurangan aplikasi karya anak negeri saat ini, dengan adanya bonus demografi yang besar, akan membuat semua produk digital yang lahir di Indonesia, dapat segera mencapai level “matured” dengan user experience yang besar, minimal dari pengguna dalam negri yang jumlahnya mencapai ratusan juta. 

“ASITech Indonesia mendorong kolaborasi berbagai startup digital yang saat ini dibutuhkan baik untuk pendidikan, kesehatan, e-commerce dan lainnya. Dengan kolaborasi diharapkan tingkat keberhasilan produk akan semakin cepat sehingga dapat bersaing dengan produk dari luar,” terangnya. 

Baca juga : SBY: Berat Tanpa Ani

“Minimal, mendapat tempat terbaik di dalam negri. Salah satu aplikasi video conference yang dimiliki anggota ASITech Indonesia bernama ‘on air’ yang sudah mulai dikemas dalam bentuk paket WfH (Work from Home), LfH (Learn from Home),” tambah Alex, sembari mengajak seluruh elemen saling berkolaborasi untuk kemajuan Indonesia yang lebih cepat lagi. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.