Dark/Light Mode

Resahkan Masyarakat

Saber Pungli Didesak Turun Tangan Di Pos Batas Lintas Negara, Badau Kalbar

Senin, 7 Oktober 2019 14:14 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

RM.id  Rakyat Merdeka - Praktik pungutan liar (pungli) makin meresahkan masyarakat di Kecamatan Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Aktivis Komunitas Pemuda Merah Putih (KPMP) Bergerak, SS Marulitua menyebut kegiatan pungli terjadi di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau.

Marulitua mendesak agar Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) langsung turun tangan memberantas aktivitas tersebut.

"Kami mendesak Saber Pungli menyelidiki praktik yang dilakukan oknum-oknum tersebut karena sangat merugikan masyarakat setempat," ujarnya kepada wartawan.

Baca juga : Bank BRI Sambut Puncak Peringatan Hari Batik Nasional

Dia mengatakan, PLBN Badau adalah simbol kehadiran Negara di perbatasan. PLBN Badau merupakan salah satu pintu masuk dan keluar bagi warga Indonesia maupun warga Malaysia di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Menurutnya, PLBN Badau yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal 16 Maret 2017, dimaksudkan untuk menggairahkan perekonomian masyarakat setempat dan meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara tetangga, Malaysia.

“PLBN Badau adalah salah satu infrastruktur megah yang dibangun di era Presiden Jokowi, sehingga kita tidak kalah dengan negara tetangga. Tetapi yang sangat disayangkan, justru di sana terjadi praktik pungli oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal itu sudah sangat meresahkan masyarakat,” kata Marulitua.

Dia mencontohkan, pungli terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok yang dibeli masyarakat dari Malaysia.

Baca juga : Bubarkan Massa, Polisi Turunkan 5 Barracuda dan 1 Water Canon

Menurut informasi dari masyarakat, kata Marulitua, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memungut uang sebesar Rp 5 juta dari setiap mobil pick up atau truk yang mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok dari wilayah Malaysia.

Padahal, bahan-bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, tepung, daging, susu dan telur sangat dibutuhkan masyarakat di sekitar Kecamatan Nanga Badau karena di sana tersebar warga yang bekerja sebagai buruh di perkebunan-perkebunan kelapa sawit.

“Masyarakat kita terpaksa berbelanja ke Malaysia, karena di Malaysia lah pasar yang terdekat. Kalau berbelanja ke Pontianak, bisa memakan waktu berhari-hari lewat jalan darat dan tentu biaya transportasinya mahal,” jelasnya.

Berbelanja kebutuhan pokok di Malaysia seharusnya memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia di perbatasan karena harga bahan-bahan kebutuhan di negara tetangga itu lebih murah.

Baca juga : Gara-gara Asap, 80 Persen Penerbangan Di Pontianak Batal Terbang

Contohnya, harga beras di Malaysia satu karung ukuran 10 kg hanya Rp 85. 000. Harga gula 1 kg Rp 10.000 (gula kualitas bagus) dan gula kualitas biasa berkisar Rp 7.000 sampai Rp 8. 000 per kg.

“Tapi masyarakat kita tidak bisa menikmati keuntungan itu, karena ulah para oknum yang melakukan pungli. Buruh-buruh di perkebunan kelapa sawit dan masyarakat kita yang masih miskin, terpaksa membeli bahan-bahan kebutuhan pokok dengan harga tinggi karena adanya biaya siluman yang dipungut oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di PLBN Badau,” tegasnya.

Untuk memberantas praktik pungli di PLBN Badau, KPMP Bergerak mendesak agar Saber Pungli segera turun menindak oknum-oknum yang melakukan pungli. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.