Dark/Light Mode

Dokter Kurang, Perawat Kelelahan

`Kalau Begini Terus, Kita Bisa Ambruk`

Selasa, 22 September 2020 07:22 WIB
Para dokter yang berjuang menyembuhkan pasien Covid-19. (Foto: Istimewa)
Para dokter yang berjuang menyembuhkan pasien Covid-19. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
IDI mencatat, hingga kemarin, ada 117 dokter yang meninggal dunia usai menangani kasus Covid-19. Sebagian bahkan meninggal saat masih berstatus suspek (PDP). "Semuanya dirawat dan dimakamkan (sesuai standar) Covid-19," ujar Humas PB IDI Halik Malik, Senin (21/9).

Halik merinci, 117 dokter ini terdiri dari 53 orang dokter spesialis, dua dokter residen, dan 62 dokter umum. 

Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidi, menyebut, jumlah dokter yang meninggal akibat Corona di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia.

Baca juga : Pengamat: Kalau Vaksinnya Belum Ada, Kita Tak Bisa Kembali Normal

Padahal, rasio jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara. Hanya 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Rasio dokter spesialis lebih rendah lagi. Cuma 0,13 per 1.000 penduduk. 

Dia menyebutkan, semakin banyak dokter yang meninggal, semakin besar beban layanan kesehatan. Sebagai gambaran, satu dokter mampu melayani 2.500 pasien. Jika kehilangan 117, lebih dari 300 ribu warga Indonesia akan kehilangan pelayanan dari dokter.

"Kasus kematian tenaga medis, termasuk dokter, yang terus bertambah membuat kami khawatir. Sebab beban layanan kesehatan akan bertambah," ujar Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih, Senin (21/9).

Baca juga : Kurniasih Mufidayati: Ini Alarm Tsunami

IDI pun meminta perlindungan untuk para dokter diperkuat. Mulai dari alat pelindung diri (APD) yang tetap dikontrol dan harus terus tersedia, hingga melakukan pembatasan jam kerja bagi para dokter. Mereka tidak boleh dibiarkan bekerja lebih dari enam jam.  

Selain menyebabkan kelelahan, panjangnya jam kerja itu bisa membuat para dokter tertular Covid-19 karena terlalu lama berinteraksi dengan pasien. Selain itu, IDI meminta dilakukannya pemeriksaan rutin Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk dokter. "Perlindungan tenaga kesehatan harus lebih diperkuat, supaya keselamatan tenaga medis terjaga dan tidak semakin banyak nyawa berjatuhan," tegasnya. 

Kekurangan dokter inilah yang sebelumnya dikhawatirkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Hingga akhirnya, ia memberlakukan kembali PSBB. "Satu dokter meninggal artinya ratusan ribu warga kehilangan tenaga kesehatan. Jangan sampai kita kehilangan garda terakhir kita melawan Covid-19," kata Anies, Rabu (9/9). [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.