Dark/Light Mode

Setelah ‘Disetrum’ Moeldoko, KAMI Kejang-kejang

Sabtu, 3 Oktober 2020 07:27 WIB
Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Jakarta. (Foto: ist)
Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Jakarta. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peringatan Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko terhadap Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) cukup tokcer Buktinya, setelah ‘disetrum’ Moeldoko, para pentolan KAMI kejang­-kejang. Mereka gantian ramai­ramai menyerang eks Panglima TNI tersebut.

Dimulai dari Presidium KAMI Din Syamsuddin. Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah ini meminta Moeldoko tak melempar aneka ancaman kepada organisasinya. Bagi Din, peringatan Moeldoko agar tidak mengganggu stabilitas politik Tanah Air, sama seperti ancaman.

“KAMI mengingatkan Bapak KSP Moeldoko dan jajaran kekuasaan untuk tidak perlu melempar ancaman kepada rakyat,” tegas Din, kemarin. Di era demokrasi modern ini, Din mengingatkan, arogansi kekuasaan, sikap represif, dan otoriter, sudah ketinggalan zaman.

KAMI sama sekali tak gentar. Tantangan dan ancaman, kata Din, justru akan menjadi pelecut bagi mereka untuk tetap berjuang. “Kami bukan kumpulan orang-orang pengecut,” tegasnya.

Baca juga : Arteria Bantah Disebut Cucu Tokoh PKI Sumbar

Din tidak membantah, KAMI adalah kelompok yang punya kepentingan, seperti disebutkan Moeldoko. Namun, kepentingannya bukan untuk politik kekuasaan, melainkan untuk meluruskan kiblat bangsa dan negara, mengingatkan pemerintah serius memberantas KKN, mengatasi ketidakadilan ekonomi dan mengutamakan lapangan kerja bagi rakyat sendiri, menanggulangi Covid-19, sampai bertindak responsif terhadap upaya pemecahbelahan masyarakat.

“Pada intinya KAMI berkepentingan agar pemerintah dan jajarannya, termasuk KSP bekerja bersungguh-sungguh mengemban amanat rakyat, karena gaji yang diperoleh berasal dari uang rakyat,” tandas Din.

Tak hanya Din, beberapa pentolan KAMI seperti Said Didu dan Syahganda Nainggolan ikut kejang-kejang dengan pernyataan Moeldoko. Lewat Twitter, Syahganda mencuit, stabilitas politik bisa terganggu karena empat hal. Pertama, fiskal tak cukup urus negara, pandemi, dan rakyat miskin. Kedua, memikirkan bank-bank goyang plus uang LPS atau selamatkan konglomerat via Bank Indonesia (BI) dengan mencetak uang. Ketiga, pergantian Panglima TNI yang tidak mulus. Dan keempat, Pancasila digoyang. “Semua itu tanggung jawab rezim, bukan KAMI,” kicau @ syahganda.

Dia kemudian kembali mencuit dengan menyertakan tautan berita soal Din yang meminta Moeldoko tak mengancam KAMI. “Buku-buku apa ya yang jadi referensi Moeldoko sampe bisa jadi doktor ilmu politik di UI? #SelamatkanDemokrasi,” komentarnya.

Baca juga : Gatot Ditembak Peluru Usang

Sementara Said Didu mengomentari pernyataan Moeldoko soal purnawirawan yang bisa berubah jika punya kepentingan. “Maksudnya yang berubah yang menjadi kacung para cukong?” cuit @msaid_didu yang menyertakan tautan berita soal itu. Dia juga mengamini, KAMI memang punya kepentingan. “Betul kepentingannya menjaga NKRI dan Pancasila 18 Agustus. Bukan jadi kacung para cukong,” kicau dia.

Lantas apa langkah KAMI selanjutnya? Koordinator Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani mengaku, orga- nisasinya akan tetap melaksanakan deklarasi di sejumlah daerah, meski sebelumnya ada penolakan di beberapa daerah seperti Surabaya, Lombok, dan Karawang. Kata Yani, bulan ini deklarasi akan dilakukan di Pulau Sumatera. Menurutnya, itu adalah permintaan dari massa KAMI.

“Di Riau mereka minta tanggal 2 Oktober. Rencananya, Lampung tanggal 4, Sumsel tanggal 5, Jambi tanggal 6, kemudian Kepri, Bengkulu, Bangka Belitung,” ujar Yani.

Massa KAMI yang berada di sejumlah daerah itu menginginkan deklarasi dilakukan secara langsung dan dihadiri para Presidium KAMI seperti Gatot Nurmantyo. Namun, Yani bilang, mereka tengah mendis- kusikannya. Sebab, saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. “Kita lagi pertimbangkan,” imbuhnya.

Baca juga : Ketika Negara Dikentuti Djoko Tjandra

Apa tanggapan Moedoko? Jenderal bintang 4 ini membantah melempar ancaman kepada KAMI. Dia bilang, hanya membuka dialog. “Le ngancem, sopo le ngancem (siapa yang mengancam, siapa yang mengancam)? Tidak ada yang mengancam kok,” seloroh Moeldoko, di Graha Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, kemarin. “Ancamannya ada di mana? Dialog itu, dialog online,” imbuh Moeldoko. 

Warganet pun rame-rame mengomentari reaktifnya para tokoh KAMI menanggapi Moeldoko. “Gile, bos KAMI rame-rame nanggepin pa Moeldoko. Habis disetrum, kejang-kejang. Hehehe,” cuit @asong66. “Ayo hajar pak @Dr_Moeldoko biar kumpulan orang sakit jiwa bisa ambyar,” sambar @syairbe29396627.

Akun @candrakepri menyarankan Din cs baiknya tak bereaksi berlebihan. “Ya, jangan over reacting. Nanti malah gak bagus efeknya. Waspada, boleh, tapi tetap cool :),” sarannya. Sementara para simpatisan KAMI melawan dengan menyebarkan tagar #KAMIBukanPengecut. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.