Dark/Light Mode

Beberin Berbagai Inovasi Terkait Covid

Bambro: Kita Harus Manfaatkan Yang Kita Punya

Rabu, 7 Oktober 2020 06:20 WIB
Menristek/Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (Foto: Tangkapan layar)
Menristek/Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (Foto: Tangkapan layar)

 Sebelumnya 
Selain alat testing, Bambro juga menyebut obat dan suplemen. Saat ini, pihaknya menunggu restu BPOM terkait produk herbal melalui proses vito farmaka produksi Kalbe Farma untuk menjaga data tahan tubuh terhadap Covid-19. Saat ini, suplemen itu masih dalam uji klinis tahap 1 di RS Darurat Wisma Atlet.

Kemudian, ada terapi plasma convalescent, yang saat ini memasuki uji klinis tahap 1 di RSPAD Gatot Subroto. Sebanyak 70 persen pasien kategori sedang-berat, sembuh. Rencananya, uji klinis akan diperluas ke 20 RS rujukan Covid-19. 

Baca juga : Tenang, Kunci Pasien Covid-19 Cepat Sembuh

Sementara, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tengah mengembangkan inter antibodi. "Yang terbaik adalah yang sakit sedang atau berat. Kalau OTG (orang tanpa gejala) kurang ampuh,” terangnya.

Ada juga terapi stem cell untuk memperbaiki jaringan paru-paru yang rusak akibat Covid-19. "Ada contoh, sebelum dikasih stem cell, rontgen paru-parunya putih. Setelah di-treatment, hasilnya sudah bersih. Ini untuk mengurangi tingkat fatalitasnya," jelas Bambro.

Baca juga : Hati-hati, Virus Corona Bisa Nyebar Sampai 1,8 M

Tak berhenti sampai di situ. Konsorsium Riset Covid-19 juga mengembangkan disinfektan, ultraviolet, dan tentunya vaksin. Sampai saat ini, ada 5 institusi yang mengembangkan Vaksin Merah Putih. LBM Eijkman dan LIPI yang menggunakan platform protein rekombinan. Universitas Indonesia menggunakan platform DNA, RNA, dan virus-like particle. Universitas Airlangga berbasis DNA. Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.

Yang progresnya paling cepat adalah vaksin LBM Eijkman, sekitar 50 persen. Kata Bambro, akhir tahun ini bisa selesai pengujian awal. Namun, yang perlu diingat, ketersediaan vaksin sangat bergantung pada industri.

Baca juga : Vaksin Paling Efektif Adalah Perubahan Perilaku

Kuncinya ada di perusahaan farmasi seperti Bio Farma dan BPOM yang akan mendaftarkan vaksin tersebut. Menurutnya, sangat berat jika hanya Bio Farma yang memproduksi vaksin tersebut. Sebab, untuk Indonesia saja, dibutuhkan 540 juta ampul. Sehingga solusinya, menggandeng perusahaan swasta.  

Terakhir, karena saat ini sudah masuk ke revolusi industri 4.0, Bambro juga sedang membentuk health pass, semacam paspor kesehatan. Nantinya, hasil rapid atau PCR test bisa tercantum dalam aplikasi itu. "Akan nyambung juga dengan GeNose. Jadi, tidak perlu bawa hasil dokumen. Cukup health pass itu saja," pungkasnya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.