Dark/Light Mode

Didatangi Menlu AS, Indonesia Mending Jangan Gampang Ge-Er

Kamis, 29 Oktober 2020 16:14 WIB
Presiden Jokowi bersama Menlu AS, Mike Pompeo di Istana Bogor, Kamis (29/10/2020) siang. [Foto: BPMI-Setpres]
Presiden Jokowi bersama Menlu AS, Mike Pompeo di Istana Bogor, Kamis (29/10/2020) siang. [Foto: BPMI-Setpres]

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia sebaiknya tak mudah gede rasa alias ge-er karena mendapat kunjungan dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo. Karena, siapapun Presiden AS yang nantinya terpilih, pasti punya agenda geopolitik sendiri, yang tidak melulu bergantung pada reaksi Indonesia.

Sebulan terakhir, hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mulai berubah. Pejabat kedua negara makin intens melakukan pertemuan. Setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto diundang ke Pentagon, AS, hari ini, Kamis (29/10/2020), giliran Menlu AS, Mike Pompeo yang berkunjung ke Indonesia.

Pompeo melakukan lawatan ke empat negara di Asia pada 25 hingga 30 Oktober. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang dia kunjungi. Negara lain yang dikunjungi adalah India, Sri Lanka, dan Maladewa.

Baca juga : Raisa Nggak Bisa Menyenangkan Semua Orang

Menjelang kedatangan Pompeo, kantor berita Inggris, Reuters melaporkan, kunjungan Pompeo ke Indonesia sebagai bagian dari upaya mendapatkan dukungan Indonesia dalam menghadapi pengaruh China di kawasan Asia.

Media itu melaporkan, sejak Juli-Agustus, AS sudah mengirimkan permintaan khusus agar jet tempur mata-mata AS, P-8 Poseidon bisa "mampir" dan mengisi bahan bakar di kawasan Indonesia. Namun Indonesia menolak. Penolakan itu atas perintah langsung Presiden Jokowi. P-8 Poseidon adalah jet canggih yang mengawasi aktivitas China di Laut Natuna Utara, sebutan baru Indonesia untuk Laut China Selatan, sejak 14 Juli 2017 lalu.

Pengamat hubungan internasional Universitas Paramadina, Dinna Prapto Raharja menilai, kunjungan Pompeo di saat-saat terakhir menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) AS, sebenarnya sebagai upaya mengatrol citra Presiden AS, Donald Trump yang menurun sejak dua kali debat capres.

Baca juga : Bank Indonesia Dukung Pengembangan Ekonomi Dan Keuangan Syariah

Menurutnya, kunjungan ini bukan pertanda AS mendekat ke Indonesia. Apalagi, agenda kunjungan masih saja untuk mendesak minta dukungan ke konsep Free and Open Indo Pacific ala AS, yang ditolak Indonesia.

Begitu juga rencana pertemuan Pompeo kelompok pemuda Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Dia menduga, pertemuan itu hanya sebagai penguat citra, bahwa pemerintahan Trump tidaklah rasis dan tidak toleran, seperti tudingan oleh lawan politiknya.

"Dengan bicara soal peradaban dan datang ke negara dan salah satu organisasi massa Islam, diharapkan citra Trump terkatrol," kata Dinna, kepada RMco.id. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.