Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Minta Agar Panggilan Kampret-Kadrun Dihapus

Gatot Dinyinyirin

Jumat, 18 Desember 2020 07:41 WIB
Presidium KAMI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (Foto: Istimewa)
Presidium KAMI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ingin agar panggilan “kampret” dan “kadrun”, yang sering ditujukan ke golongan kontra pemerintah, dihilangkan.

Permintaan Gatot ini disambut positif, tapi banyak juga yang nyinyir. Kenapa mantan Panglima TNI itu tidak meminta panggilan “cebong”, yang biasa ditujukan ke kelompok pendukung pemerintah, juga ikut dihapus? 

Keinginan Gatot itu disampaikan dalam video yang dibagikan di akun Instagramnya, @nurmantyo_gatot, kemarin. Dia memberinya caption "Jangan Merendahkan Bangsaku". 

Baca juga : Peringatan Sri Mulyani, Jangan Sampai Liburan Nataru Bikin Rem Darurat Diinjak Lagi

Gatot beralasan, panggilan “kampret” dan “kadrun” telah melecehkan Tuhan Yang Maha Esa. "Itu kan nama binatang. Padahal itu ciptaan Tuhan, manusia kita semua," tutur Gatot. 

Dia lalu mengajak semua pihak bernegara dengan santun. Dia ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa terhormat. "Hilangkan kata-kata seperti itu. Kembalilah kepada bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi," imbaunya. 

Dia meminta masyarakat kembali memanggil sesamanya dengan panggilan sopan seperti “mas”, “kakak”, “abang”,  “ucok”, dan sebagainya. "Sehingga bangsa lain melihat kita bangsa yang terhormat," tutup Gatot. 

Baca juga : Jurus Mendes Agar Dana Desa Nggak Cuman Dinikmati Segelintir Elit

Sebenarnya kapan munculnya panggilan-panggilan itu? Pendiri Drone Emprit (DE) Ismail Fahmi, melalui akun @ismailfahmi yang diunggah 13 Agustus 2020, menyebutkan. sebelum ada "kadrun" dan "kampret", terlebih dahulu muncul panggilan "cebong" dan "kampret" di media sosial Twitter. Panggilan "cebong" dan "kampret" muncul pada 2018. Sementara, "kadrun" baru mulai 2019.

Pernyataan Gatot itu lantas dinyinyiri banyak orang. Salah satunya disuarakan Wakil Sekjen PPP, Achmad Baidowi. Anggota Komisi II DPR ini meminta agar yang dihentikan tidak hanya “kampret” dan “kadrun”. Tapi juga “cebong”. 

"Jadi imbang dong, jangan berat sebelah. Tokoh bangsa itu harus berdiri di tengah-tengah, bukan memihak salah satu," ujarnya, kemarin. 

Baca juga : Adabnya, Orang Sakit Itu Didoain, Bukan Dinyinyirin

Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily setuju dengan keinginan Gatot. Namun, kalau mau adil, kata-kata yang merendahkan untuk kelompok pendukung pemerintah juga dihentikan. "Istilah-istilah lain, seperti cebong, dungu, kodok, lonte, dan lain-lain, yang memiliki tendensi menghinakan seseorang, juga harus dihentikan," imbau Wakil Ketua Komisi VIII DPR ini.

Sementara, Wakil Ketua Umum PKB Faisol Riza malah curiga, Gatot sengaja menghidupkan polemik soal sebutan “kampret” dan “kadrun”. "Isu itu sudah hilang seiring dengan selesainya Pilpres. Apa Pak Gatot dengan sengaja ingin menghidupkan lagi polemik ini?" cetusnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.