Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Corona Meroket, Prokes Melorot

Keteladanan Pemimpin Bisa Jadi Obat Mujarab

Sabtu, 9 Januari 2021 07:15 WIB
Sosilog Universitas Indonesia, Bayu A Yulianto. (Foto: Dok. RakyatMerdeka)
Sosilog Universitas Indonesia, Bayu A Yulianto. (Foto: Dok. RakyatMerdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penerapan protokol kesehatan (prokes) setelah 10 bulan dilanda pandemi justru mengalami penurunan. Akibatnya, lonjakan kasus Corona di awal tahun ini, makin menggila. Upaya pemerintah memberlakukan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Pulau Jawa dan Bali harus jadi solusi ampuh menekan angka penyebaran Corona.

Menurut Sosilog Universitas Indonesia, Bayu A Yulianto, ada banyak faktor yang membuat kesadaran masyarakat menerapkan prokes menurun. Yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Baca juga : KAI Layani 628 Ribu Penumpang Sepanjang Nataru

Faktor internal, terletak pada kesadaran pada individu masyarakat. Kadang naik, kadang turun dalam menerapkan prokes. Sementara, faktor kesadaran itu bermacam-macam, misalnya berdasarkan kesadaran dan pengalaman.

“Pengetahuan bisa diselesaikan dengan sosialisasi dari pemerintah. Sedangkan pengalaman bisa saja terjadi terhadap anggota keluarga yang terlebih dulu terpapar,” kata Bayu, saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) Rakyat Merdeka, kemarin. Acara yang dipandu wartawan senior Rakyat Merdeka, Muhamad Rusmadi itu, digelar secara virtual.

Baca juga : Tegakkan Prokes Seperti Pergantian Tahun Baru

Bayu melanjutkan, terdapat faktor lain yang memengaruhi kesadaran masyarakat. Yaitu structural constraint. Hal ini cukup kuat dalam memengaruhi perilaku individu dan juga kesadaran.

“Keteladanan pemimpin atau pejabat publik, itu bisa mempengaruhi kesadaran masyarakat. Omongan elite yang tidak konsisten, membuat masyarakat cenderung abai,” sindirnya.

Baca juga : Scudetto Jadi Obat Mujarab Nerrazurri

Bayu berharap, pemberlakuan PPKM 11-25 Januari mendatang, benar-benar menjadi solusi efektif menghentikan lonjakan kasus Corona. Setidaknya, membuat grafik kenaikan berhenti dan kemudian berubah ke arah menurun.

“Selama ini, grafik penyebaran Corona di negara kita belum menunjukkan angka penurunan. Justru cenderung naik. Kita berharap, PPKM ini membuat grafik kenaikan terhenti dan menurun,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.