Dark/Light Mode

Tak Cukup Cuma Berharap

MUI Ditantang Haramkan Panggil Cebong dan Kampret

Selasa, 26 Maret 2019 11:07 WIB
Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto : Istimewa).
Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Agar umat tak terpecah akibat Pilpres, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap masyarakat tidak lagi menggunakan istilah “kecebong” kepada pendukung Jokowi maupun “kampret” kepada pendukung Prabowo.

Harapan itu disampaikan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, Muhyidin Junaidi.

Kata dia, istilah-istilah tidak baik, tidak perlu dipertahankan atau diteruskan karena itu menyalahi ‘ahlakul karimah’. Kata Muhyidin, kalau tidak senang kepada pihak tertentu, jangan mengolok-olok dengan sebutan yang tidak pantas. Semua mempunyai pandangan dan hak yang sama dalam demokrasi.

“Tidak usah kita kasih predikat ‘kecebong’, ‘kampret’, dan lain sebagainya. Itu tidak terpuji,” kata Muhyidin.

Baca juga : Pedagang Pasar Saweran Danai Kampanye Jokowi

Berikutnya, Muhyidin berpesan kepada seluruh masyarakat mengedepankan rasa saling menghormati. Perbedaan merupakan anugerah dari tuhan. Perbedaan pilihan politik jangan sampai menjadikan bangsa Indonesia terpecah belah.

Anjuran MUI ini disambut positif warganet. Triyana Mastrie sepakat dengan pernyataan MUI. Menurut dia, sebutan cebong dan kampret merupakan penghinaan terhadap mahluk tuhan. “Merendahkan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,” katanya.

Pandangan serupa diungkapkan kacungdedengkot. Baginya, sebutan cebong dan kampret itu membuat situasi bertambah panas. Sebutan itu juga menimbulkan rasa kebencian yang susah dihilangkan.

Daniel berharap ada kampanye massif agar masyarakat tidak lagi menyebutkan kata cebong atau kampret. “Harusnya tak hanya imbauan saja, karena imbauan selama ini tidak ampuh,” katanya.

Baca juga : Menpora Ajak ASN Dan CPNS Segera Beradaptasi Dengan Lingkungan Kerja Kemenpora

Sajen pamukti meminta MUI mengeluarkan fatwa. “Hahahahahahaha.... Tumben cuma meminta... Bikin fatwa haram,” desaknya.

Faktanya tak semua keberatan dengan sebutan itu, Wawan Setiawan misalnya, merasa bangga dengan kata cabong dan kampret. 

“Wkkwkwkk.. Padahal saya sangat senang kalau 02 bilang cebong ke 01, dan 01 bilang kirik ke 02. Buat saya jadi ajang tontonan bahwa para anak binantang lagi bertikai,” akunya.

Sama, @jovpaul juga merasa senang dijuluki cebong. “Yey?! Wong kita malah bangga di juluki cebong. Yang kita ngak mau, kalau dijuluki KMPret, itu kita nolak. Jadi cebongpun malas sebenarnya mau ngomong soal KMPret, karna KMPret itu ngak punya logic!” dia menyindir.

Baca juga : Banteng Usung Harvey, Beringin Ingin Rebut Dua Kursi

Tak terima disindir, Dody Renaldi balik mengkritik. “Peribahasa “bagai katak dalam tempurung” yaitu orang-orang yang berpikiran sempit (kosong?). Kecebong kali ya?” sindirnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :