Dark/Light Mode

Menjaga Kreativitas Kota Di Masa Wabah

Senin, 15 Februari 2021 12:37 WIB
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat

 Sebelumnya 
Kreativitas = Produktivitas

Saat ini banyak warga kota yang mengalami masalah pemenuhan kebutuhan dasarnya karena berbagai sebab: diberhentikan dari pekerjaan, dipekerjakan dengan upah minimal, dirumahkan sementara, serta berbagai sebab lainnya. Akibat umum yang kemudian terjadi adalah menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena daya beli yang merosot inilah maka banyak sektor riil terancam tidak bisa berproduksi normal, atau malah terhenti sama sekali.

Baca juga : Menang Pamor, Prestasi The Doctor Diramal Tetap Kendor

Dari sini rembetannya banyak. Beberapa mengambil jalan pintas, seperti mengalokasikan aset hasil tabungan selama bekerja untuk menjadi modal kerja seperti dagang dan sebagainya; sebagian lagi usaha serabutan, pulang ke kampung, atau malah menganggur sambil menunggu kesempatan.

Jadi bisa kita hitung, sebagian besar tenaga produksi yang sebelumnya aktif, sekarang tidak termanfaatkan karena berbagai sebab itu. Sementara menjatuhkan perputaran ekonomi pada sebagian kecil yang masih berproduksi seperti aparatur sipil negara (ASN), BUMN, dan perusahaan yang terus bertahan untuk beroperasi (terutama sektor industri kesehatan dan makanan minuman) pun tentu tidak cukup kuat.

Baca juga : DatascripMall Dukung Produktivitas di Masa Pandemi

Beruntung pemerintah kemudian sedikit menopang perputaran ekonomi berbasis konsumsi dengan dengan menyalurkan berbagai bantuan kepada masyarakat. Selain itu, ASN pun diminta menjadi pejuang ekonomi dengan membelanjakan hasil gaji bulanannya.

Di sinilah pemerintah dan berbagai pihak harus sama-sama menjaga, merawat, dan mengembangkan kreativitas. Karena tidak bisa kita hanya mengandalkan sektor yang ada. Kreativitas mulai dari produknya, tata cara pemasaran, area pemasaran, dan sebagainya.

Baca juga : Garuda Indonesia Perkuat Bisnis Kargo Udara Di Masa Pandemi

Di sisi lain, teknologi sedikit banyak menjadi penolong para kreator untuk memperluas pemasarannya. Sehingga barang-barang produksi tidak hanya berputar di situ-situ saja. Contohnya, Baso Aci. Makanan camilan khas Garut yang sedang tren saat ini pemasarannya meluas tidak hanya di Garut, Bandung atau Jawa Barat. Baso Aci telah “mewarnai” ragam makanan camilan di berbagai daerah di Indonesia. Para kreator Baso Aci terberkahi dengan adanya market place yang membantu mereka memperluas pasar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.