Dark/Light Mode

Mengubah Konflik Manusia-Gajah Jadi Koeksistensi Di Jambi

Jumat, 26 Februari 2021 00:29 WIB
Penanganan evakuasi Gajah saat terkena jerat pemburu. (Foto: ist)
Penanganan evakuasi Gajah saat terkena jerat pemburu. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Lebih dari sebulan, Edi Mulyono bersama petugas Resort Tebo SKW II BKSDA Jambi, tim Elephant Conservation & Monitoring Unit-Frankfurt Zoological Society (FZS), Forest Programme II (FP II) dan Tim Satgas PT. Wirakarya Sakti (WKS) melakukan pengamatan terhadap seekor anak gajah liar di Desa Lubuk Kambing Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan dan 3 ekor gajah lainnya di Desa Lubuk Mandarsah Kabupaten Tebo, provinsi Jambi.

Edi Mulyono adalah satu dari warga Desa Muara Kilis yang sejak Juni 2019 lalu bergabung dengan Masyarakat Mitra Konservasi (MMK) dalam binaan Hefa Edison Kepala Resort Tebo SKW II BKSDA Jambi.

Baca juga : Jadwal Vaksinasi Corona Kudu Diperbaiki Lagi Tuh

Edi Mulyono menyebutkan, sebelumnya di awal Januari lalu anak gajah liar betina berumur sekitar 3-4 bulan ini telah berhasil diselamatkan oleh tim satgas Unit Penanganan Konflik Satwa gabungan dari BKSDA Jambi, Pemkab Batang Hari, MMK, FZS dan PT.WKS.

“Anak gajah malang ini sepertinya sudah lama terlilit jerat karena kulit luarnya sudah mulai menutupi tali tambang. Saya sebagai bagian dari masyarakat setempat, tidak setuju dengan cara petani memasang jerat yang katanya untuk hama babi, tapi nyatanya jerat itu tidak kenal siapa yang akan terjerat dan itu sangat menyakitkan dan menyiksa,” imbau Edi, Kamis (25/2).

Baca juga : Biaya Logistik Masih Jadi Kendala UMKM Bersaing Di Pasar Domestik

Gajah Sumatera yang mempunyai nama ilmiah Elephas maximus sumatranus ini merupakan satwa endemik yang dilindungi di Indonesia dan masuk dalam daftar merah International Union and Conservation Nature (IUCN) sebagai satwa terancam punah.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam dokumen Rencana Tindakan Mendesak (RTM) Populasi Gajah Sumatera 2020-2023 memperkirakan saat ini populasi gajah yang masih bertahan di sepanjang Sumatera adalah berkisar jauh d ibawah 1694 individu. Kantong gajah di Tebo memiliki jumlah kematian gajah yang lebih tinggi dibandingkan lokasi lain di Provinsi Jambi, terutama karena kondisi kritis beberapa kelompok gajah dan konflik berkepanjangan perebutan ruang dengan manusia.

Baca juga : Setelah Di Stasiun, GeNose Bakal Jadi Alat Skrining Di Berbagai RS

Edi bersama warga lainnya setelah bergabung dengan MMK baru mengerti betapa pentingnya berbagi ruang secara harmonis dengan satu mahluk megaherbivora ciptaan Tuhan ini. “Kalau petani memanfaatkan kawasan hutan negara tanpa ijin, baik itu dalam hutan produksi maupun kawasan Taman Nasional berarti jangan marah jika gajah masuk ke lahan garapannya, lagi pula gajah tidak akan menyerang manusia disaat tidak merasa terancam,” tambahnya.

Edi dan perwakilan MMK terpilih lainnya juga telah dikirim ke Tangkahan CRU di Sumatera Utara dan PKG TN Way Kambas di Lampung untuk lebih banyak memahami akan konservasi gajah dan prinsip berbagi ruang. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.