Dark/Light Mode

Dilema Kota (Yang) Membentuk Manusia

Sabtu, 3 April 2021 15:37 WIB
Dr Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat.
Dr Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kota tadinya adalah “wadah”yang dibangun oleh manusia untuk menampung visi dan cita-cita kehidupannya. Untuk melanggengkan “wadah” tersebut, maka masyarakat yang ada di dalamnya pun membangun sistem. Sebab dengan sistem itu berbagai subyek dan obyek yang saling berinteraksi bisa menghasilkan keteraturan sosial (social order) yang menyamankan semua orang. Sekaligus, dengan sistem yang solid, maka berbagai hal yang bisa mendestruksi tatanan sosial dapat diatasi atau diminimalisir.

Manusia tadinya adalah “desainer”, “creator”, “inisiator”, dan sekaligus penikmat kota. Jadi kota, tadinya, adalah wujud visual dari tatanan manusia yang menghendaki terjadinya siklus yang adil dan demokratis. Sebab kota, merupakan gambaran nyata dari, oleh, dan untuk masyarakat kota itu sendiri.

Baca juga : Elang Jawa Rombak Pasukan

Sehingga bisa dipahami di sini, jika kota dan manusia, tadinya adalah dua entitas yang saling berhubungan karena semangat utilitas, di mana keduanya saling mendapat dan mencari manfaat dari kehadiran dan keberadaannya. Dengan ilustrasi lain, relasi kota dengan manusia seperti (subyek) pemilik sepeda motor dengan (benda) sepeda motornya (tentu saja bisa dengan contoh lain), di mana sepeda motor dengan motornya saling memberikan keuntungan: ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

Apa yang menghubungkan kota dengan manusia, sesungguhnya hanya satu: ilmu pengetahuan. Sebab dengan ilmu pengetahuan, orang bisa memahami mengapa kota harus didesain seperti ini atau itu. Dengan ilmu pengetahuan pula, maka seseorang bisa dengan anggun menikmati secangkir kopi pahit seraya menikmati indahnya sebuah arsitektur kota.

Baca juga : Komentari Meghan Markle

Di sisi lain, kota merupakan realitas sosial budaya masyarakat yang sudah lama menjadi ruang aktivitas manusia membangun kebudayaannya. Dengan dinamika yang tinggi maka kota akhirnya menjadi bagian imajinasi manusia paling progresif dan ekspresif sepanjang zaman. Maka menjadi wajar jika kemudian, banyak anggota suatu masyarakat lebih menginginkan untuk hidup dan tinggal di ruang yang bernama kota. Bahkan menurut sebuah prediksi para ahli, sekitar satu dekade lagi, penduduk dunia mayoritas akan bermukim di kota.

Di masa lalu, kota-kota dibangun oleh manusia. Manusia datang ke sebuah kawasan lalu melakukan tindakan babat alas. Di kawasan baru tersebut mereka mendesain kehidupan, merancang sistem, dan membangun kebudayaan. Biasanya semua dinamika sosial keseharian di-drive oleh elit yang tumbuh di kalangan mereka. Para pemuka ini juga yang kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.