Dark/Light Mode

Untuk Biayai Proyek Belum Tuntas

Adhi Karya Ngarep Kucuran Dana INA

Sabtu, 24 April 2021 05:39 WIB
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek pembangunan longspan atau jembatan bentang panjang lintasan Light Rail Transit (LRT) di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (11/11/2020). (Foto : ANTARA).
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek pembangunan longspan atau jembatan bentang panjang lintasan Light Rail Transit (LRT) di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (11/11/2020). (Foto : ANTARA).

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah tekanan masalah keuangan, PT Adhi Karya (Persero) Tbk masih memiliki sejumlah proyek yang belum selesai dibangun. Untuk memastikan proyek tetap berjalan, perusahaan pelat merah ini mengharapkan kucuran dana segar, dari Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

Harapan itu diungkapkan Direktur Utama Adhi Karya En­tus Asnawi Mukhson. Menurut­nya, dukungan kucuran dana itu sebagai salah satu jalan mengatasi masalah beban keuangan yang tengah dialami perusahaannya.

“Berharap nanti bukan hanya investasi yang dibeli, tapi pembi­ayaan juga dilakukan. Mudah-mu­dahan. Kami berharap seperti itu,” ucapnya dalam webinar Mengukur Infrastruktur, Rabu (21/4).

Entus menjelaskan, saat ini Adhi Karya mengalami kendala dalam pembiayaan proyek jalan tol yang sedang dikerjakan oleh perseroan. Persoalan ini berbeda dengan BUMN Karya lainnya, seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), serta PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Menurutnya, ketiga BUMN tersebut berencana melepas kepemilikan saham (divestasi) ke INA karena proyek jalan tol yang dimiliki telah tuntas dan berop­erasi. Sementara pihaknya tak bisa menempuh opsi tersebut.

Diharapkannya, INA dapat membiayai proyek yang belum tuntas. Apalagi, kini sudah tidak ada pembatasan lagi dalam me­lepas proyek jalan tol selama ada garansi penyelesaian. Jika dahulu memang ada pembatasan, sebe­lum satu ruas (tuntas konstruksi) belum bisa dilepas kepemilikan sahamnya.

Baca juga : Dituduh Telantarkan Anak, Prof Muradi Tantang Era Lakukan Tes DNA

Ia mengaku optimistis, jika ada investasi dari Uni Emirat Arab (UEA) maupun Amerika Serikat masuk (AS) ke INA, akan ber­dampak positif terhadap proyek yang dibangun Adhi Karya.

Untuk itu ke depannya, kata Entus, Adhi Karya bakal lebih hati-hati dalam berinvestasi pada proyek infrastruktur di 2021. Pasalnya saat ini nilai ekuitas perseroan sangat kecil, yaitu senilai Rp 5,6 triliiun.

Menurutnya, nilai ekuitas terse­but merupakan terbuncit dibandingkan dengan BUMN Karya lainnya. Hal ini yang membuat Adhi Karya harus hati-hati dalam melakukan treatment investasi. “Kalau pun kami harus masuk (investasi), tentu yang exit-nya harus mudah,” tuturnya.

Dia menegaskan, Adhi Karya akan berinvestasi pada proyek infrastruktur dengan potensi men­janjikan. Misalnya, proyek terse­but memiliki internal rate of return (IRR) maupun lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang tinggi.

Dengan demikian, Adhi Karya ke depan akan menyesuaikan pembangunan proyek infrastruk­tur tahun ini dengan kemampuan finansial perseroan. Selain men­catatkan ekuitas kecil, perseroan juga menorehkan penurunan laba bersih yang cukup drastis yakni pada level Rp 23,7 miliar. Perolehan laba bersih tersebut merosot tajam sebesar 96 persen dibanding­kan tahun 2019 yaitu senilai Rp 665,1 miliar.

Baca juga : Ganjar Kesandung Puan

Meski begitu, imbuh Entus, Adhi Karya masih bisa menoreh­kan laba bersih di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya ditopang karena pembuatan scenario plan­ning (perencanaan skenario) per tiga bulan ke depan.

Penurunan juga terjadi pada pendapatan (revenue) perseroan sepanjang 2020, yaitu sebanyak 29,3 persen atau senilai Rp 12,3 triliun. Sementara dari sisi aset men­capai Rp 38 triliun, atau meningkat 4,3 persen per Desember 2020.

Pengamat BUMN dari Univer­sitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai, INA menjadi opsi yang memungkin dalam membantu keuangan BUMN, khususnya bagi BUMN Karya yang tengah anjlok dari sisi keuangannya.

“Keberadaan INA akan membuat struktur pembiayaan BUMN men­jadi lebih seimbang karena ada diver­sifikasi pembiayaan,” jelasnya.

Kontrak Baru

Baca juga : BUMN Karya Ngantre Kucuran Investasi INA

Entus bersyukur, sejak awal tahun hingga kini, kondisi keuangan perseroan mulai sedikit membaik. Hal ini terlihat dari nilai kontrak baru yang berhasil diraih hingga kuartal I-2021, mencapai Rp 3 triliun.

Namun demikian, jumlah tersebut menurutnya, masih 12,5 persen dari target kontrak baru yang ditetapkan perusahaan di tahun ini. Adhi Karya menar­getkan nilai kontrak baru sekitar Rp 24-25 triliun di 2021. Tar­get tersebut naik sekitar 21,82 persen dari realisasi kontrak baru di tahun lalu yang sebesar Rp 19,7 triliun. Adapun, sampai saat ini Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dimiliki perusahaan berjumlah 25 proyek.

Ia mengatakan, sampai saat ini total proyek PSN yang digarap ADHI mencapai 25 proyek. Di antaranya yakni Proyek Tol Sigli-Banda Aceh, Proyek Bendungan Wey Sekampung, proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek hingga Tol Solo-Yogyakarta-NYIA Kulon Progo.

Entus menyebutkan, ada beberapa proyek juga ditargetkan selesai di tahun ini. Di antaranya proyek jalan tol Sigli-Banda Aceh yang memiliki total kontrak sebesar Rp 7,7 triliun. Per kuartal I-2021, progres jalan tol Sigli-Banda Aceh mencapai 67,9 persen. Seksi 3 dan seksi 4 sudah 100 persen, semen­tara seksi 1 baru 39,5 persen, seksi 2 sekitar 74,8 persen.

Selain itu, proyek LRT Jabode­bek, dengan total kontrak sebesar Rp 23,3 triliun, perseroan menar­getkan untuk semua lintas layanan yang meliputi lintas layanan 1, 2, dan 3 juga kelar pada akhir tahun ini. “Untuk total pemba­yaran interim sudah sebesar Rp 13,3 triliun. Termasuk pajak dan progress-nya sudah sekitar 83,5 persen,” sebutnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.