Dark/Light Mode

Adian: Desakan Penghentian Genose Terlalu Mengada-ada

Sabtu, 26 Juni 2021 13:02 WIB
Anggota Komisi VII DPR Adian Napitupulu. (Foto: Ist)
Anggota Komisi VII DPR Adian Napitupulu. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Politikus DPI Perjuangan Adian Napitupulu menganggap desakan penghentian alat skrining Covid-19 GeNose mengada-ada. Menurutnya, kehadiran GeNose justru bukti negara hadir untuk semua rakyat. Selain harganya murah, produk ini juga telah mengantongi izin.

Saat ini, GeNose sudah tak asing di masyarakat. Apalagi bagi mereka yang hendak bepergian menggunakan transportasi umum. Di tengah tingginya biaya transportasi, dan pariwisata lainnya, kehadiran GeNose tentu sangat membantu. Sehingga jika ditiadakan, rakyat akan terpukul.

Adian menganggap, desakan penghentian GeNose karena dituding menjadi penyebab lonjakan kasus terlalu mengada-ada. Karena jika alasannya lonjakan kasus, kenapa tidak terjadi satu atau dua bulan setelah GeNose resmi digunakan dalam salah satu syarat bepergian.

Baca juga : Salurkan Bansos Pakai Fintech, Mensos: Mudahkan Pengendalian dan Pengawasan

"Itu pernyataan yang berdasarkan data, rasa, atau kepentingan? Sekitar Maret atau April. Ini kan lonjakannya bulan Juni. Faktanya, Maret dan April justru kasus Covid-19 di Indonesia pada titik terendah sepanjang pandemi, landai sekali," ungkap Adian di Jakarta, Sabtu (26/6).

Soal lonjakan, kata Adian, karena tidak sedikit masyarakat yang abai protokol kesehatan, lemahnya kontrol aparat, dan upaya pencegahan pemerintah tidak terlalu massif. Tidak bijak jika kenaikan kasus dikaitkan dengan GeNose.

Anggota Komisi VII DPR ini mengatakan, tidak menutup kemungkinan, pihak yang mengkambinghitamkan Genose punya kepentingan politik atau bisnis. Pasalnya, penggunaan GeNose telah melalui prosedur dan mendapat izin dari regulator. Terlebih, harganya sangat terjangkau.

Baca juga : Manut Arahan Pemerintah, Panitia Tak Masalah Tunda Munas Kadin

"Menghentikan GeNose akan membuat kesehatan hanya menjadi milik si kaya. Katanya, GeNose belum punya uji validitas eksternal, maka belum jelas juga hasil akurasinya. Tapi antigen juga kita tidak pernah dengar ada uji validitasnya," cecarnya.

Uji validitas alat medis tentu tidak sederhana. Seringkali masalah valid atau tidaknya alat medis dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya syarat yang diuji, dan pelaksana uji itu sendiri.

"Singkatnya, nggak taat prosedur. Dilakukan sembarangan. Sebagai contoh, jika kita mau tes darah lalu disyaratkan untuk puasa sehari sebelumnya. Bila syarat itu tidak terpenuhi maka itu bukan berarti alatnya tidak akurat," katanya.

Baca juga : Pengangkatan Guru Honorer Terganjal Anggaran Daerah

Kader banteng itu menyebut, sangat mungkin desakan penghentian GeNose, tidak lepas dari persaingan bisnis dengan antigen. Meski sebenarnya juga sulit dibuktikan. Sehingga alangkah baiknya, GeNose maupun alat tes Corona lainnya tetap diperbolehkan, dengan catatan memenuhi standar.

Adian bahkan usul, GeNose tidak hanya digunakan di bandara atau stasiun. Tetapi juga diterapkan untuk masuk ke terminal, pasar, mall, kelurahan, atau berbagai tempat umum lainnya. Dengan begitu, akses masyarakat melakukan deteksi dini corona semakin terbuka lebar, dan harganya juga terjangkau. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.