Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kata Lionel Messi Usai Argentina Keok Di Laga Perdana Olimpiade
- Argentina Vs Irak, Tim Tango Dilarang Mengeluh
- Ini Penjelasan RSCM Soal 60 Anak Yang Jalani Cuci Darah
- Gempa Terkini M 3,9 Guncang Kuningan, Getaran Terasa Hingga Ciamis dan Banjar
- KCIC Tambah Jumlah Perjalanan Whoosh Jadi 62 Per Hari Tahun Depan
Prof. Tjandra: Jangan Asal Longgarkan PPKM, Cek Dulu Poin-poin Penting Ini
Jumat, 23 Juli 2021 12:07 WIB
![Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa) Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama meminta pemerintah serius menilai efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), baik yang sudah atau sedang berjalan, sebelum mengambil keputusan melonggarkan atau merelaksasi PPKM.
Prof. Tjandra menjelaskan, penilaian efektivitas tersebut dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. Yaitu epidemiologi, sistem surveilans dan sistem pelayanan kesehatan.
Untuk kriteria epidemiologi, setidaknya ada 2 parameter yang dapat dipilih, yaitu jumlah kasus baru dan juga angka positivity rate.
Baca juga : Menaker: Jangan Ada PHK Karena PPKM Darurat
Kalau kita mengambil patokan jumlah kasus baru, pelonggaran bisa dilakukan, jika angka kasus baru per hari sudah lebih rendah dari jumlah tertentu. Katakanlah di bawah 10.000 per hari.
"Sebagai ilustrasi saja, Malaysia juga menerapkan kebijakan Movement Control Order (MCO), yang berpatokan bahwa pelonggaran hanya bisa dilakukan, kalau jumlah kasus baru per hari berada di bawah angka 4.000," kata Prof. Tjandra dalam keterangan yang diterima RM.id, Jumat (23/7).
Parameter kedua adalah angka kepositifan atau positivity rate.
Baca juga : Di Karawang, Pelanggar PPKM Darurat Disidang Di Tempat
Untuk parameter ini, Prof. Tjandra yang juga menjabat Direktur Pascasarjana Universitas YARSI menyarankan pemerintah, agar berpatokan dengan angka maksimal 5 persen. Demi memastikan tingkat penularan di masyarakat, sudah berada pada tingkat rendah.
"Apalagi, banyak negara tetangga kita (dan juga India) angkanya hanya 3 atau 4 persen saja. Kecuali, negara tertentu. Selain itu, dapat juga dipakai angka reproduksi dalam bentuk Ro," terang mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.
Tentang kriteria surveilans kesehatan masyarakat, Prof. Tjandra menegaskan, setidaknya ada 2 hal yang harus dicapai.
Baca juga : Perjalanan Unhas Lahirkan Alumni Unggul dan Berdaya Saing
"Pertama, jumlah tes yang dilakukan harus terus dinaikkan dengan amat tinggi. Kedua, telusur yang masif. Kalau India sudah berhasil melakukan tes pada sekitar 2 juta orang dalam sehari, maka dengan penduduk kita yang jumlahnya sekitar seperempat penduduk India, target tes 500 ribu sehari patut dikejar," tegas Prof. Tjandra.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya