Dark/Light Mode

Nggak Perlu Nunggu 3 Bulan, Alumni Covid Bisa Langsung Divaksin

Dicky: Kalau Stoknya Sudah Cukup, Aturan Kudu Direvisi

Rabu, 1 September 2021 21:01 WIB
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman. (Foto: Ist)
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Epidemiolog menyarankan pemerintah meniadakan aturan vaksinasi minimal tiga bulan setelah alumni Covid-19 dinyatakan negatif. Namun, dengan catatan, stok vaksin mencukupi.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan, secara teori, penyintas atau alumni Covid-19, bisa langsung divaksin usai dinyatakan negatif.

"Sejak awal saya sampaikan, sebenarnya penyintas tak perlu menunggu sampai tuga bulan," kata Dicky kepada RM.id, Rabu (1/9).

Disebutkan Dicky, di negara yang stok vaksinnya cukup, para penyintas boleh langsung divaksin begitu dinyatakan negatif atau setelah masa recovery usai.

Baca juga : Awal Pekan, Rupiah Langsung Bikin Dolar Tak Berkutik

"Para penyintas tidak ditanya kapan terakhir kena. Selesai masa isolasinya, dua minggu kira-kira, boleh langsung divaksin. Nggak masalah," ujarnya.

Yang jadi masalah, lanjut Dikcy, stok vaksin di Indonesia masih terbatas. Sehingga, aturan tiga bulan, lanjutnya, memang untuk memberi peluang pada orang yang belum dapat vaksin. Terutama bagi target kelompok prioritas.

"Bukan nggak boleh, tapi masalah stok. Secara strategi saat vaksin terbatas, benar dikasih waktu tiga bulan. Tapi nanti kalau stoknya dirasa sudah cukup, ya harus direvisi," ujar Dicky.

Diketahui, melalui Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/368/2021 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemnkes) 11 Februari 2021, penyintas Covid-19 boleh divaksin setelah tiga bulan sembuh. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan penyintas masih memiliki imunitas terhadap Covid-19 setelah sebelumnya sempat terpapar.

Baca juga : Nggak Perlu Vaksin Covid Karena Sudah Hidup Sehat, Situ Yakin?

Terkait alasan aturan itu, Dicky menjelaskan, imunitas yang dimiliki penyintas Covid-19 tidak sekuat ketika mereka mendapat proteksi lebih dari vaksinasi. Alumni Covid-19 masih rentan terinfeksi. Apalagi beredar varian-varian baru termasuk varian Delta yang terbukti cepat menular dan mematikan.

Disebutkan Dicky, imunitas penyintas yang tercipta karena pernah terpapar Covid justru perlahan menurun. Imunitas usai penyuntikan vaksin pada tiga bulan setelah negatif, tidak akan sekuat jika langsung divaksinasi sesudah sembuh.

Malahan, berdasarkan studi, kekuatan imunitas alumni Covid-19 bisa 10 kali lipat lebih tinggi jika langsung disuntik dengan vaksin berbasis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna.

"Manfaatnya lebih besar dengan Messenger RNA (MRNA). Ternyata orang yang penyintas diberi vaksin itu antibodinya 10 kali lebih meningkat," ungkap Dikcy.

Baca juga : Jaga Indonesia, Kanal Anak Bangsa TV Lebarkan Sayap

Studi terkait penggunaan vaksin mRNA dan penyintas yang disebut Dicky adalah hasil kajian tim peneliti dari universitas di California, Amerika Serikat, yang dipublikasikan lewat situs Cold Spring Harbor Laboratory, biorxiv.org.

Ditegaskan Dicky, banyak pula studi yang membuktikan bahwa penyintas Covid-19 setelah dua pekan sembuh, aman diberikan dosis pertama vaksin. "Kalau stoknya ada, harus diubah aturannya," pungkasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.