Dark/Light Mode

Menag: Kemenag Milik Semua Agama

Heboh Gus Yaqut Cukup Sampai Di Sini

Rabu, 27 Oktober 2021 08:40 WIB
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Humas Kemenag)
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Humas Kemenag)

 Sebelumnya 
Mantan anggota Komisi VIII DPR ini menjelaskan, pidato yang disampaikan Yaqut dimaksudkan untuk memberikan motivasi dan menyemangati para santri dan pondok pesantren, agar lebih meningkatkan pengabdian kepada NKRI. Terlebih, hal itu disampaikan di momentum bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional.

"Saya mohon semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengeluarkan statement yang justru dapat menimbulkan situasi yang semakin panas. Apalagi menarik masalah tersebut ke dalam isu SARA," harapnya.

Wakil Sekretaris Majelis Syuro PKB, Maman Imanulhaq memahami maksud pernyataan rekan separtainya itu. Apalagi lontaran kalimat itu dikemukakan pada forum internal keluarga besar NU. "Pastinya adrenalin Gus Yaqut terpacu untuk meninggikan marwah NU," ucap Maman.

Baca juga : Gus Yaqut Tak Merasa Salah

Anggota Komisi VIII DPR itu mengenal Yaqut sebagai seorang yang punya komitmen luar biasa terhadap upaya moderasi umat beragama. Karenanya, pernyataan Yaqut tidak serta merta mendegradasi kerja-kerja yang telah dilakukannya dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. "Ini hanya persoalan komunikasi saja," tegas dia.

Pihak Muhammadiyah sudah tidak mau membahas polemik Yaqut lagi. Saat dikontak Rakyat Merdeka, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti sudah tidak mau berkomentar mengenai masalah ini. "Kalau ada masalah lain, lebih baik," ujarnya, kemarin.

Ketua Bidang Fatwa MUI, Asrorun Ni'am juga sudah terlihat menerima penjelasan Yaqut. Saat diminta tanggapan lewat pesan singkat, Asrorun menjawab dengan emoji mengacungkan jempol dan merapatkan kedua telapak tangan.

Baca juga : Mau Perpanjang SIM Hari Ini? Yuk Catat Lokasinya Di Sini

Sementara, pendiri PPPA Daarul Qur'an, Ustad Yusuf Mansur melihat, belakangan ini masyarakat digerogoti penyakit senang berpolemik. Maksudnya, belum siap menerima kesalahan dan kekurangan orang lain.

"Bukan cuma polemik ini, tapi polemik lainnya juga. Kalau masih ada orang yang tidak pernah berhenti berpolemik, ya kitanya yang berhenti. Kalau ada orang yang nggak bisa sabar, kitanya yang sabar. Kalau ada yang masih emosi, kitanya yang tahan emosi," papar Yusuf Mansur, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menambahkan, sudah seharusnya manusia mempunyai kemampuan untuk ngerem membahas sesuatu yang tidak produktif. Apalagi berakibat mendatangkan mudharat seperti perselisihan, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, dan emosi. "Tambah harus ngerem lagi. Ada pihak-pihak yang tidak akan berhenti, tapi ambil posisi kepada pihak yang berhenti. Jangan ikut-ikutan nggak berhenti," tutur ustad kondang itu. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.