Dark/Light Mode

5 Visi Baru Islam Untuk Indonesia Maju

Minggu, 31 Oktober 2021 20:42 WIB
pemikir kebinekaan Sukidi Mulyadi (Foto: Istimewa)
pemikir kebinekaan Sukidi Mulyadi (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
“Karena itu, kita harus bersikap rendah hati untuk tidak menghakimi yang lain sebagai sesat. Sikap kerendahhatian ini penting ditanamkan sebab dalam sikap tersebut terdapat kemungkinan bahwa orang lain benar dan kita keliru, begitu juga sebaliknya,” ujarnya.

Sukidi menegaskan, kesetaraan masih menjadi pekerjaan rumah besar yang mengganjal bangsa ini, sebab dalam kehidupan sehari-hari kerap terdapat upaya menafikan yang lain atas dasar gender, agama, posisi sosial, jabatan, dan kekayaan. “Padahal, kemuliaan manusia ditentukan oleh sikap positif yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Visi keempat, Islam sebagai Agama Kebebasan. Sukidi menegaskan, visi ini lantaran menyaksikan begitu banyak keprihatinan sebagai akibat dari absennya kesadaran umat akan kebebasan berkeyakinan. Padahal, jika mau menelisik lebih dalam, Islam adalah agama yang memberikan kebebasan penuh kepada setiap umat manusia untuk beriman atau tidak beriman sekalipun. Dengan kata lain, Allah tidak pernah memaksa hambanya untuk beriman dan berpaling dari-Nya.

Baca juga : Jokowi Apresiasi Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Prancis

Penting untuk ditegaskan bahwa Indonesia didirikan para pendiri bangsa yang menyadari betul pentingnya kebebasan, bukan hanya terbebas dari penjajahan, melainkan juga kebebasan berkeyakinan. Fakta ini menunjukkan visi yang brilian bahwa negara-bangsa Indonesia dibangun di atas satu fondasi kebebasan, yakni kebebasan sebagai jati diri bangsa. Hal ini selaras dengan Islam sebagai agama yang menghargai kebebasan, memberikan perlindungan penuh untuk berkeyakinan, dan beribadah sesuai keyakinan masing-masing.

Dengan demikian, ungkap Sukidi, siapa pun yang mempersekusi, melakukan tindakan intoleransi, menyerang rumah ibadah orang lain, sama artinya melakukan dua pengkhianatan sekaligus. “Yakni mengkhianati titah Tuhan dan mengkhianati komitmen kebangsaan.”

Menurut Sukidi, kebebasan merupakan hak alamiah setiap individu yang diperoleh berkat dirinya sebagai manusia bukan karena pemberian dari negara. Oleh karena itu, negara tidak berhak mengintervensi keyakinan seseorang, termasuk mengatur yurisdiksi tentang keyakinan warga negaranya.

Baca juga : Semen Indonesia Dukung Munas IAI

Prinsip “tidak ada paksaan dalam agama” ini harus ditegakkan. Sebab, beragama dan berkeyakinan harus didasarkan pada ketulusan. Karena tanpa ketulusan, keagamaan seseorang pasti tidak otentik.

Visi terakhir yang digelorakan Sukidi ialah Islam sebagai Agama Kemanusiaan. Gagasan ini penting dikumandangkan sebab umat Islam kini tengah menghadapi semacam krisis kemanusiaan. Bagi Sukidi, kemanusiaan harus menjadi komitmen bersama sebab setiap individu wajib memberikan respek terhadap harkat dan martabat manusia.

“Sekalipun kita berbeda secara agama, suku, etnis, tetapi kita diikat oleh satu visi baru yakni kemanusiaan bahwa kemanusiaan adalah satu dan setara,” tegas Sukidi. Penegasan Islam sebagai Agama Kemanusiaan merupakan komitmen dari sebuah prinsip yang sangat masyhur, bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat kepada yang lain”.

Baca juga : Gagal Ke Final, Ini Kesan Shin Tae-yong Untuk Timnas Indonesia

Merangkum pidatonya, Sukidi mengungkapkan, jika umat menjiwai spirit Islam di atas, ia meyakini bangsa Indonesia akan bergerak maju dan memberikan kemakmuran bagi warga negaranya. “Kita harus berbenah mulai hari ini agar kebanggaan sebagai umat terbesar berbanding lurus dengan kemajuan umat dan bangsa,” tegas Sukidi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.