Dark/Light Mode

Jadi Tuan Rumah G20, Daya Tarik RI Meningkat

Australia Tertarik Produksi Hidrogen Hijau Di Kalimantan

Senin, 1 November 2021 06:40 WIB
Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan bilateral bersama PM Australia, Scott Morrison, Sabtu (30/10/2021). (Foto: Laily Rachev).
Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan bilateral bersama PM Australia, Scott Morrison, Sabtu (30/10/2021). (Foto: Laily Rachev).

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia dan Australia sepakat untuk terus memperkuat kerja sama bilateral. Salah satunya di sektor energi. Kedua negara berencana mengembangkan industri hidrogen hijau di Kalimantan Utara (Kaltara).

Indonesia didaulat memegang Presidensi Group of Twenty (G20) pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Itu artinya, Indonesia akan men­jadi tuan rumah bagi kegiatan-kegiatan G20 selama satu tahun ke depan.

Posisi tersebut membuat daya tawar yang lebih tinggi bagi Indonesia dalam melakukan perjanjian dagang. Bahkan, beberapa negara sahabat telah menyampaikan dukungannya.

Baca juga : Optimis Ekonomi Meningkat, Mall Terbesar di Bogor Resmi Dibuka

Mereka menawarkan beberapa kerja sama untuk menyukses­kan agenda G20 di Tanah Air. Salah satunya datang dari Per­dana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Roma, Italia.

Menteri Koordinator Bidang (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto yang ikut men­dampingi Presiden Jokowi mengungkapkan, Jokowi dan Scott Morrison membahas banyak hal. Antara lain, kebijakan dan regulasi di sektor digital terutama dari sisi platform. Selain itu, vaksinasi Covid-19 dan isu perubahan iklim.

Soal vaksin, Jokowi menyam­but positif dukungan Austra­lia. Minggu lalu, Indonesia menerima 1,2 juta dosis vak­sin dari Australia. Rencananya jumlah tersebut akan ditambah 10,5 juta dosis vaksin.

Baca juga : Mentan Syahrul Ajak Petani Pacu Produksi Pangan Di Masa Pandemi

Untuk isu perubahan iklim, Airlangga menerangkan, kedua negara membahas tentang rencana pembangunan industri Green Hydrogen (hidrogen hijau) di Kalimantan Utara (Kaltara) pada kawasan seluas 13 ribu hectare (ha).

Menurut Ketua Umum Partai Golkar itu, sekarang sedang dibahas mengenai investasinya dengan Fortescue Metals Group (FMG), yang dipimpin oleh Andrew Forest yaitu sebesar 3 ribu ha.

“Itu akan mengintegrasikan antara energi berbasis hydro, lalu investasi di bidang pembangki­tan hydrogen economy, dan juga terkait petrokimia kompleks. Kami harapkan proyek tersebut melakukan penyerapan energi dan pembangkitan listrik yang besar,” tutur Airlangga dalam keterangan resminya di Jakarta, kemarin.

Baca juga : BNPT Gelar Deklarasi Kesiapsiagaan Nasional Di Kalimantan

Dukungan terhadap Presidensi Indonesia juga datang dari Presi­den Prancis Emmanuel Macron. Bersama Macron, Jokowi mem­bahas mengenai rencana pem­bentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

Pembentukan IEU-CEPAdi­harapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Ak­selerasi tersebut juga diharapkan akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan begitupun sebaliknya.

Dukungan juga datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dengan Erdogan, Jokowi membahas mengenai akselerasi rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indone­sia dengan Turki (IT-CEPA). Akselerasi itu diharapkan da­pat mengembalikan pasar besar minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia di Turki yang sebelumnya menu­run. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.