Dark/Light Mode

Inget Lebaran

Rabu, 26 Desember 2018 09:38 WIB
Ngopi - Inget Lebaran
Catatan :
KRISTANTO

RM.id  Rakyat Merdeka - Dimomen Natalan seperti ini, zaman saya kecil, mirip Lebaran. Makanan berlimpah dan penuh salam-salaman.  Seingat saya, ini berlangsung saat saya berusia 6 sampai 10 tahun. Kira-kira tahun ‘86-’90-an. Sebelum itu saya sama sekali tak punya ingatan soal ini. Kala itu orangtua saya tinggal di rumah dinas perumahan Polri di bilangan Jakarta Selatan. 

Di malam Natal, tanggal 24, biasanya kami warga Muslim di perumahan ini mendapat undangan dari warga Kristiani untuk hadir di gedung serbaguna. Tujuannya untuk silaturahmi. Yang Muslim datang untuk bersalam-salaman mengucapkan selamat Natal. Sementara pengundang menyiapkan kue-kue kecil, teh dan kopi, sampai makanan berat. Kadang-kadang ada opor juga. Menu khas Lebaran.

Baca juga : Ijazah Caleg Angel Lelga Dipertanyakan

Sehari berikutnya, sejumlah penggede beragama Nasrani di perumahan ini akan menggelar open house. Jumlahnya tidak banyak. Sekitar 5 orang. Saya bersama teman-teman sebaya akan berkeliling mendatangi rumah ini satu persatu. Orangtua biasanya datang terpisah dengan anak. Setelah menyalami yang punya rumah, mengucapkan selamat Natal, kami pun segera menyantap hidangan yang disediakan. 

Di sini menunya lebih bervariasi. Dari yang halal sampai non halal. Yang halal, seperti minuman bersoda, sampai luber-luber tersedia. Ini yang paling saya incar. Soalnya, zaman itu, jarang banget saya disuguhi atau dibelikan minuman kayak gini.

Baca juga : Panas Sebentar

Sementara menu non halal contohnya bir dan daging babi. Menu ini disediakan khusus untuk tamu non muslim. Bagi tamu Muslim yang ingin nyobain menu non halal, yang punya rumah juga nggak akan melarang.

Tapi entah kenapa, ketika saya beranjak dewasa, kebiasaan silaturahmi di Natalan ini menghilang. Saya tidak ingat persis kapan hal ini terjadi. Yang jelas “kampanye” haram mengucapkan selamat Natal sudah mulai rame kala itu. Bentuknya selebaran yang ditempel di pintu atau jendela rumah warga. 

Baca juga : Mendadak Caleg

Nah, belum lama ini, saya bertanya ke seorang tetua di perumahan soal hilangnya tradisi silaturahmi ini. Beliau menduga, ini terjadi karena warga Nasrani senior, yang biasa menggerakkan teman-temannya menggelar hal ini, sudah pindah tempat tinggal atau wafat. Saya berharap semoga memang ini jawabannya. Bukan karena berkurangnya toleransi antar warga

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.