Dark/Light Mode

Tukang Amatir

Selasa, 1 Oktober 2019 06:29 WIB
Ngopi - Tukang Amatir
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi banyak orang mungkin ka lau mau membuat sesuatu atau merenovasi rumah harus memanggil tukang bangunan. Apalagi, di era digital seperti saat ini mencari tukang semakin mudah.

Tinggal klik, tukang bangunan bisa langsung datang. Namun, bagi saya, melakukan sesuatu yang berkaitan dengan rumah, entah itu merenovasi atau mendekorasi, selagi bisa, saya akan kerjakan sendiri.

Selain memang saya senang melakukannya, ya bisa lebih irit juga kan. Kebiasaan melakukan pekerjaan tukang ini mulai saya lakukan semenjak kecewa dengan tukang yang dulu membangun rumah saya.

Waktu itu, dua orang tukang, yang notabene kakak sepupu dan tetangga saya sendiri, sengaja memperlambat proses pengerjaan rumah yang saya modalin dari keringat menjadi jurnalis.

Enggak tanggung-tanggung, proses membangun rumah yang paling lama dikerjakan maksimal 3 bulan untuk tukang harian diselesaikan hingga 5 bulan.

Itu pun tidak sampai rapih. Keramik belum terpasang, dinding belum diplester, dan plafon masih menganga.

Baca juga : Bak Langit dan Bumi

Dari pengalaman ini, saya menjadi kurang percaya lagi sama tukang. Akhirnya, saya pun mentasbihkan diri menjadi tukang amatir dan bertekad untuk lebih mandiri dalam hal merenovasi dan mendekorasi rumah.

Awalnya, istri sampai orang tua saya meragukan setiap pekerjaan merenovasi dan mendekorasi rumah yang hendak saya lakukan.

Mereka berpikir saya tidak berpengalaman, takut hasilnya jelek, dan terjadi apa-apa dengan saya. Namun, saya jalan terus.

Menurut saya, merenovasi atau mendokasi ru mah itu bukan cuma soal hasilnya bagus atau tidak, tapi bagaimana ha sil kerja itu bisa bikin hati saya adem.

Saya lebih memilih hasil kurang bagus tapi dikerjakan sendiri dari pada dikerjakan tukang tapi tidak sesuai hati nurani.

Pekerjaan pertama saya sebagai tukang amatir adalah memasang keramik. Namun, karena mertua kasihan akhirnya dicariin tukang khusus untuk memasang keramik.

Baca juga : KPK, Jangan Dimatikan

Setelah keramik selesai, saya mencoba memasang listrik. Pekerjaan yang se harusnya dilakukan tukang profesional di bidangnya. Nekat memang, karena satu saja kesalahan yang saya lakukan, saya bisa gosong kesetrum.

Berkat Googel Cs dan kakak saya yang memang tukang listrik ngasih wejangan, akhirnya instalasi listrik saya kerjakan sendiri.

Alhamdulillah, listrik nyala dan sampai sekarang baik-baik saja. Hingga kini, sudah ada pagar rumah sepanjang kurang lebih 30 meter, plafon seluas 6x7 meter persegi dan ruang cuci jemur seluas 3x5 meter persegi yang saya kerjakan sendiri.

Istri dan orang tua yang awalnya meragukan mulai luluh dan percaya kemampuan saya.

Istri yang awalnya bilang, “Jangan nekat ah”, sekarang justru selalu mengandalkan saya kalau mau mengerjakan atau merenovasi sesuatu.

Orangtua pun kini sampai bercerita ke tetangga kalau saya yang merapikan rumah sendirian.

Baca juga : TKW Suka Paha

Miris memang, di era yang serba online seperti saat ini harusnya tukang bangunan di kampung juga ikut digitalisasi, atau paling tidak berlaku jujur jika ingin eksis.

Bukan terus-terusan mempermainkan proses pembangunan rumah. Saya sampai bilang ke tukang yang pernah mengerjakan rumah saya, “ini jaman online bang, kalau gak bisa ngikutin jaman, cuma orang jujur yang bisa kepake,” kata saya kesel.

Namun saya tetap berdoa semoga profesi tukang pro tidak tergerus oleh tukang amatir seperti saya. [ALFIAN SIDIK]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.