Dark/Light Mode

Ikut Program Hamil

Selasa, 5 November 2019 06:02 WIB
Ngopi - Ikut Program Hamil
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi setiap pasangan suami istri, kehadiran buah hati tentu menjadi kado terindah yang sangat dinantikan. Sama seperti yang saya dan istri tunggu. Bulan November ini, tepat tiga tahun sudah kami menikah. Tapi sampai sekarang, belum juga diberi momongan.

Di awal-awal pernikahan, istri saya sebenarnya sempat hamil 4 minggu. Sudah dikonfirmasi dokter kandungan bahwa janin punya denyut jantung, meski pun lemah. Namun, takdir berkata lain. Akhirnya harus keguguran.

Setelah kejadian itu, banyak cara kami coba untuk mendapatkan momongan, mulai dari mengikuti program kehamilan di dokter yang menguras biaya hingga pengobatan alternatif.

Contohnya, beberapa bulan silam saya dan istri mencoba mengikuti program kehamilan di salah satu rumah sakit swasta di Bekasi Selatan. Tempat itu kami pilih berkat rekomendasi teman. “Coba ketemu Dokter Wulan, dokternya baik dan keibuan banget. Dulu waktu promil (program kehamilan) juga di situ,” kata salah seorang teman.

Baca juga : Kemendes Luncurkan Program Nusatani

Bermodal rekomendasi itu, kami berangkat ke dokter yang dimaksud. Sampai di tempat, kami disodorkan berbagai macam metode promil standar. Mulai dari USG, pemeriksaan hormon, histerosalpingografi (HSG), dan hidrotubasi.

Sayangnya, biaya yang dikeluarkan selama 5 bulan untuk semua jenis pengobatan itu tidak sedikit. Mungkin cukup buat bayar DP mobil.

Sejauh yang saya tahu, pengobatan di dokter banyak memakan biaya karena alat yang digunakan tergolong canggih dan obatnya juga tidak murah. Selain itu, untuk ngobrol sebentar dengan dokter kandungan saja harus mengeluarkan duit.

Setelah 5 bulan mondar-mandir belum ada hasil, kami memutuskan berhenti mengikuti promil di dokter kandungan dan banting setir ke pengobatan alternatif.

Baca juga : Ikutan Demam Boba

Sama seperti dokter kandungan yang direkomendasikan teman, kali ini ada tempat pengobatan alternatif yang direkomendasikan Pakde (Paman). “Pakde nyaranin coba alternatif di Kranggan (Bekasi). Siapa tahu cocok,” kata istri.

Tanpa pikir panjang, sebagai bentuk ikhtiar, kami mendatangi tempat yang dimaksud. Sampai di lokasi, saya sempat berpikir untuk putar balik kendaraan, karena bangunannya sudah tua dan cat temboknya sudah luntur. Tidak meyakinkan.

“Coba aja dulu kita lihat gimana cara pengobatannya,” kata istri meyakinkan saya. Akhirnya, saya masuk dan mendaftar. Setelah lama menunggu akhirnya giliran kami menemui “sang dokter”.

Begitu masuk, wangi aroma therapy tercium pekat. Terlihat keris berjejer di meja praktik dengan berbagai ukuran. Mata saya sempat melihat sekeliling dan mendapati ada kulit ular yang mengering di bawah kasur tem pat memeriksa pasien.

Baca juga : Reformulasi Genjot Program Transmigrasi

Lantaran sudah terlanjur masuk, kami ikuti metodenya. Rupanya keris tadi dijadikan medium “sang dokter” untuk memeriksa pasiennya. Tapi, karena takut terjerumus dengan kesyirikan, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut.

Sekarang, saya tinggal berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga semua ini adalah yang terbaik. [BHAYU AJI PRIHARTANTO]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :