Dark/Light Mode

Lebih Penting Koran Daripada Diri Saya

Kamis, 26 Desember 2019 06:24 WIB
Ngopi - Lebih Penting Koran Daripada Diri Saya
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Perasaan saya campur aduk menulis tema kali ini. Sedih, senang, dan malu. Namun harus diluapkan. Saat itu, saya masih loper koran. Kerjaan yang saya tekuni sejak SMA.

Bahkan, beberapa tahun setelah menjadi wartawan saya masih menjalani profesi ini. Bisa dibilang saya wartawan paling total. Mulai dari ngeliput, bikin berita, sampe nganterin koran. Musim hujan tiba. Saat yang lain terlelap, saya harus bekerja.

Tepat saat adzan Subuh berkumandang. Salat, dan bersiap mengantarkan koran. Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu. Yang jelas saya lupa membawa perlengkapan menghadapi hujan. Seperti jas hujan, karet, dan plastik untuk membungkus koran. Semua tertinggal.

Baca juga : Memaknai Peringatan Hari Ibu

Agen koran saya berada di sekitar Blok A, Kebayoran Baru. Langganan korannya tersebar di Jakarta Selatan. Mulai dari Brawijiaya, Kemang, Bangka, Blok S, MT Haryono, hingga Kalibata.

Bulir hujan itu mulai turun. Membahasi jaket dan celana. Tidak begitu basah. Karena masih gerimis. Tetesan air dari langit itu membuat saya sadar harus bergegas.

Sesampainya di depan rumah para pelanggan, saya lempar koran itu di tempat yang aman. Begitu seterusnya. Sampai di daerah Bangka, hujan deras. Tidak bisa diteruskan.

Baca juga : Jokowi Pengen Ibu Kota Baru Jadi Smart Economy

Saya berteduh di depan sebuah laundry. Tempatnya tidak besar. Sekitar 2 kali 1 meter. Cukup untuk satu orang berteduh. Sayangnya percikan air hujan itu tak bisa dihindari. Sebagian koran basah. Tapi tidak membuat koran saya rusak.

“Bisa komplain nih langganan. Sudah siang, basah pula,” kenang saya, sedih. Waktu menunjukkan sekitar pu kul 8. Bagi saya sudah siang. Khawatir kena omel pelanggan.

Saya berniat meneruskan ke sisa langganan. Tinggal dua, di kantor dan di kampus. Jaket pun dilucuti. Untuk melindungi koran yang saat itu lebih berharga dari tubuh saya.

Baca juga : Pemerintah Pastikan Demam Babi Afrika di Sumut Telah Ditangani

Perjalanan dari Bangka ke MT Haryono sekitar 20 menit. Baju dan celana basah ketika sampai di depan gedung tujuan. Bingung. Mau masuk malu karena basah kuyup. Tidak diantar, makin dimaki-maki langganan.

Meski kena tegur keamanan saya tak peduli. Naiklah saya ke tiap-tiap lantai. Dari lantai 3 hingga 8. Pandangan pekerja di sana sangat sinis. Bahkan ada yang tidak jadi naik lift karena saya berada di dalam. Malu. Kesal. Tapi mau diapain lagi. Inilah kerjaan saya. Yang membuat saya menyandang gelar Strata Satu di bidang Perbankan Syariah.

Tantangan itu terlewati. Tapi masih ada satu tempat lagi. Prosesnya sama. Jaket saya gunakan untuk melindungi koran. Sampai akhirnya semua diantar. Sampai rumah pukul 11. Untungnya tidak ada liputan pagi. Siangnya saya kembali jadi wartawan. [NUR ROCHMANUDDIN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.