Dark/Light Mode

Repot, Urusan Duit Dengan Teman

Rabu, 5 Februari 2020 02:02 WIB
Ngopi - Repot, Urusan Duit Dengan Teman
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Berurusan dengan teman soal uang memang bikin repot. Ini pengalaman saya. Masih hangat. Hangat banget.

Ceritanya, Agustus 2018, saya melakukan renovasi rumah. Warisan dari bapak saya, di Jakarta Selatan. Akhirnya minta tolong teman. Kebetulan istrinya arsitek dan suaminya, teman saya itu, kontraktor.

Desain rumahnya bagus. Milenial. Bergaya industrial. Dengan tembok tanpa cat. Biar hemat biaya, pikir saya. Karena, memang anggaran buat renovasi sedikit. Itu pun dicicil sesuai dengan progres pembangunan.

Baca juga : Critical Eleven

Disepakatilah harga. Di atas Rp 200 juta. Tapi, karena teman saya ini punya utang, akhirnya harga yang harus dibayar hanya Rp 150 juta. Proyek dimulai. Dijanjikan selesai selama tiga bulan. Yah, karena memang pekerjaan sedikit. Pasang dinding lantai 1. Tambah dak beton sedikit. Dia bilang, akhir Desember 2019 selesai. Bisa mulai ditinggali.

Waktu berjalan. Desember belum selesai. Mundur lagi jadi Januari. Mundur lagi jadi Agustus. Setahun. Mundur lagi September. Mundur lagi Desember. Molorlah satu tahun dari waktu yang dijanjikan.

Alhasil, Januari lalu saya setop pekerjaan dengan dia. Padahal uang yang sudah bayarkan Rp 145 juta dari Rp 150 juta. Saya mintalah dia menghitung nilai yang sudah dikerjakan. 

Baca juga : Demokrasi Ala Remaja Majelis Taklim

Ternyata, hanya Rp145 juta. Persis angka yang saya bayarkan. Terus dia bilang, ada pekerjaan di luar Rencana Anggaran Biaya. Nilainya Rp 10 juta. Saya iyakan. Jadi, total yang sudah dikerjakan Rp155 juta. Ini artinya sisa pekerjaan hampir Rp 50 juta. Angka yang besar buat saya.

Konsultasilah saya dengan teman lain. Kebetulan berprofesi sebagai pengacara. Saya bilang mau lapor polisi. Dia bilang, bisa. Asalkan ada bukti transfer. Kebetulan, setiap rupiah uang yang saya transfer, saya catat dan simpan buktinya. Teman pengacara saya bilang, bisa dilaporkan ke Polisi dengan pasal penggelapan. Tapi, urusannya yah gitu, mesti keluar uang lagi.

Tapi, saya tidak tega. Karena teman saya yang kontraktor itu beranak tiga. Masih kecil-kecil. Saya pun berteman sudah 20 tahun lebih. Jadi, serba salah. Saya yang dirugikan, tapi tak tega lapor. 

Baca juga : Gantung Sepatu Futsal

Jadilah sekarang saya mesti lanjutkan proyek renovasi itu sendiri. Pusing juga karena susah cari tukang dihitung harian. Ada yang suka dilambat-lambatin jadi biayanya bengkak juga. Kalau borongan, harganya selangit. 

Ini pengalaman buruk saya. Ke depan, sama teman pun harus profesional. Pakai hitam di atas putih. Ada reward dan punishment. Toh biaya sama teman ataupun profesional tidak jauh beda.

Marula Sardi, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.