Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Perlukah ada ruang laktasi di kereta? Pertanyaan ini tiba-tiba terbersit dalam pikiran saat saya melakukan perjalanan dengan kereta dari Jakarta menuju Bumiayu, akhir bulan lalu. Saat itu, di kampung kelahiran ayah saya, ada kerabat dekat, sepupunya ayah, yang akan hajatan.
Kalau di stasiun, misal di Stasiun Bumiayu, saya lihat sudah ada ruang menyusui. Tapi, kalau di kereta? Pernah kepikiran nggak ya, pengelola kereta ini? Soalnya, kereta kan jadi transportasi favorit. Orang yang malas naik pesawat karena tiket mahal, atau orang yang nggak mau macet-macetan di jalan tol, pilihnya naik kereta. Apalagi, sekarang mulai marak orang bikin vlog, isi kontent di kanal YouTube.
Siapa tahu nantinya banyak vloger-vloger yang pada nikah, lalu nge-trip bareng anak atau bayinya naik kereta api. Yang jelas, pengalaman saya di kereta pas pulkam itu jadi pengin minta sama Dirut KAI supaya ada ruang menyusui di kereta.
Baca juga : Langkanya Turis China
Iseng-iseng, saya ke toilet pengin nyoba memompa ASI, tapi kan, sebersih-bersihnya toilet, tetap tempat nongkrongnya kuman dan bakteri. Mau mompa di bangku, kedengeran tetangga kan nggak enak yaa. Suami sih waktu itu tetap menyarankan di toilet. "Berdiri aja, goyang dikit nggak apa lah, cobain," ucapnya.
Eh, tapi kalau ternyata memang sudah ada ruang menyusui di kereta, mohon diinfokan ada di kereta apa, jurusan mana. Waktu itu, saya naik kereta Eksekutif Sawunggalih jurusan Pasar Senen-Kutoarjo.
Perjalanan ke Bumiayu memang cuma sekitar 4,5 jam. Coba bayangin, kalau jaraknya 8 sampai 10 jam, atau lebih. Sudah gitu, bayinya cuma mau nyusu di salah satu payudara aja. Atau, bayinya masih nolak minum dari botol.
Baca juga : Takut Sakit Ginjal
Nah, kan ada aja kasus-kasus tertentu yang bikin emak-emak masa kini perlu ruang privat, higienis, nyaman, sambil minum kopi, lihat pemandangan, terus mompa ASI deh. Hehehe... Komplet banget fasilitas di kereta kalau bisa begitu.
Oh iya, kabar baiknya. Makanan di kereta, khususnya yang eksekutif, pilihan menunya variatif. Ada nasi goreng tuna, nasi ayam geprek, dan nasi daging. Rasanya enak. Bayar Rp 35 ribu, kenyang dan puas.
Pas balik, naik kereta ekonomi premium Fajar. Di sana, menunya cuma tersisa nasi goreng bakso, kurang menggugah selera.
Lihat ekspresi kami yang lesu, petugasnya menawarkan menu khas daerah Cirebon. "Kalau Bapak/Ibu mau, nanti setengah jam lagi kita sampai di Stasiun Cirebon, bisa pesan Nasi Empal Gentong," sarannya.
Kompak kami berdua ngangguk. "Nah, itu aja, pesen dua ya, anternya jam 1-an aja," pesan kami kegirangan. Yeeaayyy... Begitu makanan tiba, langsung kami lahap dan habis tanpa sisa. "Kapan, Kita kemana lagi..?" lirik saya pada si Baby yang tetap tidur pulas di pangkuan.
Irma Yulia, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.