Dark/Light Mode

WFH, Makin Eksotis

Kamis, 23 April 2020 01:28 WIB
Ngopi - WFH, Makin Eksotis
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Jantung saya berdebar-debar. Karena pagi-pagi, orang tua memberi kabar. Bukan soal sembako yang sudah tersebar. Melainkan corona yang tiba di lingkungan sekitar. Jadi, sekarang tinggal ikhtiar dan sabar. Semoga Allah angkat ini virus yang katanya berasal dari kelelawar.

Informasi itu didapat dari platform PeduliLindungi. Begini katanya: Hati-hati! Anda berada di zona merah Covid-19! Yang harus Anda lakukan adalah: Pertama, jaga jarak saat bertemu dengan orang lain, sekurang-kurangnya satu meter. Kedua, tetap pakai masker Anda. Ketiga, segera selesaikan urusan Anda dan jauhi keramaian.

Saya tinggal di Limo, Depok. Oh iya. Sejak kerja dari rumah (work from home/WFH) Senin (16/3), saya menerapkan pola hidup sehat. Jam setengah 5 bangun, salat subuh. Sarapan jam 7 pagi, kemudian olahraga yang dimulai jam 10. Habis dzuhur mulai bekerja, hingga ba'da Isya. Jam 9 malam saya sudah tidur. Bangun lagi setengah 5. Begitu setiap harinya.

Baca juga : Ada Apa Denganmu 2020?

Jadwal olahraga. Saat matahari terik, saya baru keluar rumah. Berdasarkan aplikasi adidas Running, rata-rata saya berlari 2,7 kilometer per hari, atau sekitar 25 menit. Kemudian ditutup dengan gerakan pendinginan. Kira-kira kegiatan itu menghabiskan waktu 45 menit.

Dua minggu WFH, mulai ada perubahan. Berat badan turun 5 kilogram (kg). Semula 84 kg jadi 79 kg. Kaos yang biasanya sesak, kini longgar. Begitu juga dengan warna kulit. Makin eksotis. "Kalo jalan sama anaknya, bisa dibilang bodyguard-nya nih," kelakar istri. Mengingat semenjak di rumah rambut saya plontos.

Sejak aplikasi itu menunjukkan kelurahan saya menjadi zona merah, khawatir juga mau keluar rumah. Meski agendanya mau olahraga, seperti biasa. Beberapa warga ada yang sadar. Tapi lebih banyak yang bandel. Entah kurang informasi, cuek, atau memang otaknya sedikit. Golongan seperti ini yang bikin kesal.

Baca juga : Merasa Benar dengan Sikap Parnoan

Dengan kejadian ini, saya sadar betapa sulitnya jadi presiden, gubernur, wali kota, atau bupati. Karena mengatur keluarga sendiri saja susah. Apalagi bikin lingkungan menerapkan apa yang sudah diimbau pemerintah. Terlebih, jika daerah tersebut masih rada terbelakang.

Contohnya, di daerah om saya. Dia dan keluarga berjemur di halaman rumahnya. Tujuannya biar dapet nambah vitamin D, ningkatin kekebalan tubuh. Sayang, kegiatan ini justru jadi bahan olok-olok tetangganya. "Ngapain berjemur siang-siang gini. Kaya anak bayi aja. Sehat kagak, kelang iya lu," kata orang entah dengan maksud menyindir atau sekadar candaan.

Saya hanya bisa mengingatkan. Untuk menimbulkan kesadaran, jangan sampai orang terdekat jadi korban. Yang jelas, ratusan ribu orang sudah direnggut oleh virus asal Wuhan. Jadi, mau sampai kapan kita ugal-ugalan. Atau memang sudah nggak sabar menghadap Tuhan.

Baca juga : Lebih Banyak Bersyukur, Jauhkan Pikiran Negatif

Nur Rochmannudin, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.