Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Serba Salah Sekolah

Rabu, 12 Agustus 2020 05:14 WIB
Ngopi - Serba Salah Sekolah
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Serba salah sekolah di tengah pandemi Covid-19. Belajar di rumah tidak efektif. Boleh dikata, ya tidak sekolah. Online itu seperti formalitas saja. Pura-pura. Habis itu bermain sesukanya. 

Bisa jadi sekolah gaya lama kembali lagi. Murid-murid kembali ke sekolah, dan diajar guru. Bedanya, mungkin durasinya singkat. Muridnya terbatas, dan mewajibkan protokol kesehatan: Cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak. 

Ya, belajar tatap muka langsung bersekolah segera digelar. Katanya, Minggu ini dimulai simulasinya. Dari tingkat PAUD/TK hingga SMP. Hal ini semakin diperkuat pernyataan Mas Menteri, alias Mendikbud Nadiem Makarim. Mas Menteri bilang tatap muka boleh dilakukan di zona hijau, bahkan zona kuning. 

Baca juga : Shalat Id Di Mushalla

Tentunya, pernyataan Mas Menteri ini bagaimana implementasi di daerah masing-masing. Kalau Kepala Daerah, Kepala Sekolah, hingga orang tua murid mengamini. Sekolah gaya lama bisa dimulai lagi. Kalau tidak, orang tua tidak memberi izin misalnya, boleh saja anaknya tidak sekolah tatap muka. 

Nah, situasi ini yang saya rasa dihadapi banyak orang tua. Serba salah. Bisa jadi guru maupun kepala daerahnya juga ragu. Saya menduga, sekolah digelar dengan kesepakatan bersama. Sepakat kalau kena virus bahkan muncul kluster ya ditanggung bersama. Tidak menyalahkan siapa siapa. Saya sendiri punya anak sekolah di PAUD. 

Saya pribadi tidak masalah kalau anak sekolah. Bukan sesumbar kebal virus. Bisa kita petakan tempat tinggal kita. Lihat zonanya, kebiasaan penduduknya, dan aktivitas warganya. Kebetulan saya di Tangerang, katanya sih sekarang masuk Zona Hijau. 

Baca juga : Bersih-bersih Sangsaka

Ini PAUD atau TK. Bisa dibilang murid-muridnya tetangga sendiri di lingkungan Rukun Warga (RW). Agak sulit juga kalau tingkat SMP, yang muridnya terkadang tinggal jauh dari lingkungan sekolah. Tapi secara psikologis, anak saya yang masih TK saja begitu senang ada kemungkinan masuk sekolah. 

Saya tidak tahu sekolah online atau tatap muka lebih efektif mana. Ini sih, bagaimana anaknya saja. Kalau memang semangat belajar dan karakternya suka belajar, di mana saja tidak masalah. Pun juga anak yang biasa saja, tatap muka pun ya mungkin biasa saja. Semua anak punya bakat. 

Tapi, selain akademis, menurut saya yang terpenting dari tatap muka adalah dunia sekolah itu sendiri. Perkawanan, solidaritas, mungkin pertarungan menjadi pengalaman bahkan guru bagi kehidupan si anak. Bisa jadi, lebih mengena di kehidupan kelak dibanding angka-angka akademis di dalam rapot. 

Baca juga : Alihkan Main Game Online dengan Hadrah

Seorang anak, mungkin akan lupa berapa nilai akademisnya. Namun saya yakin tidak akan lupa siapa sahabatnya, teman sebangkunya, gurunya, mungkin musuh semasa sekolah. Dan emosi itu, sulit di dapat melalui belajar online. Ya, semoga pagebluk ini cepat berlalu. Amin.

Boy Sakti Hapsoro, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.