Dark/Light Mode
AULIA DARWIS
RM.id Rakyat Merdeka - Kalau saya ditanya, sebutkan nama-nama ikan mahal. Saya akan jawab, gurami (gurame) dan bilis. Paling tidak, itu ikan-ikan yang saya temui di pasar tradisional.
Gurami mahal, emang. Sepotong ikan ini saja di rumah makan dijual 20 ribuan, belum pakai nasi. Rasanya gurih, apalagi pakai bumbu ikan bakar manis pedas. Hmm. Kemarin pagi, saya coba beli ikan gurami dalam bentuk ikan segar. Harganya 55 ribuan sekilo.
Baca juga : Tata Krama & Debat
Pedagang ikan segar ini, sebut saja namanya Mas Nonoy, sibuk menangkap ikan-ikan hidup di kolam penampungan. Ada mujair, bawal, lele, dan lainnya. Semuanya ditangkap pakai tangan. Lalu ditimbang sesuai pesanan pembeli.
Selanjutnya tangan terampil itu dengan sigap membersihkan ikan hingga siap dibawa pembeli. Karena baru pertama membeli, saya kecele sebab terlalu lama menunggu. Ternyata saya masuk antrean kelima. Rupanya pembeli ikan sebelumnya, datang, pesan, dan tinggal.
Kalau saya senang melihat aksi Nonoy membelah-belah ikan dan menunggu pesanan saya dikerjakan. Tapi ternyata, yang dikerjakan Nonoy pesanan pembeli sebelumnya. Alhasil, ada setengah jam lebih lamanya menunggu dua ekor ikan gurami seharga 55 ribuan ini biar bisa dibawa pulang.
Tapi demi ikut mensukseskan program Ibu Susi, perbanyak makan ikan, maka saya rela menunggu cukup lama. Sayangnya generasi sekarang kurang suka makan ikan. Mereka doyannya makan sajian instan seperti mie atau nugget.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
