Dark/Light Mode

Efektivitas Medsos

Senin, 10 Desember 2018 11:04 WIB
Ngopi - Efektivitas Medsos
Catatan :
UJANG SUNDA

RM.id  Rakyat Merdeka - i era digital sekarang, media sosial (medsos) menjadi primadona. Masyarakat pemakainya sangat banyak. Dari pusat kota sampai orang-orang yang tinggal di pulau kecil, puncak gunung, dan tengah hutan. Dari yang tua sampai anak SD. Makanya, tidak heran, banyak yang berpromosi di medsos. Termasuk untuk urusan politik. Dengan harapan, jumlah besar tadi dapat terpengaruh.

Para kandidat yang bertarung di Pemilu 2019, sudah tentu punya porsi untuk berpromosi alias kampanye di medsos. Bukan cuma capres-cawapres, parpol dan caleg juga. Bahkan, ada yang porsi kampanye di medsosnya lebih besar dibanding di media konvensional. Pertanyaannya, apakah kampanye di medsos itu efektif? Apakah calon yang intens berkampanye di medsos punya peluang menang lebih besar dibanding calon yang kurang intens? Dalam perjalanan sejuah ini, efektivitas kampanye di medsos memang jitu. Terbukti di banyak negara. Termasuk Amerika.

Donald Trump dapat terpilih menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat pada Pilres 2016, salah satunya karena rajin kampanye di medsos. Di Facebook di antaranya. Saat itu, Trump menggunakan jasa Cambrige Analytica untuk menganalisa karakter pemakai Facebook lalu menyelipkan iklan yang sesuai. Hasilnya luar biasa. Iklan kampanye Trump dilihat miliaran kali oleh para calon pemilih di AS. Banyak yang terpengaruh, dan Trump pun bisa mengalahkan Hillary Clinton, yang sesungguhnya saat itu lebih populer.

Baca juga : Keberpihakan Media Massa

Di Indonesia, efektivitas medsos juga terasa. Memang, tidak bisa dikatakan kampanye ini amat menentukan. Sebab, banyak faktor lain yang juga perlu diteliti. Tapi, perlu diakui, kemenangan Jokowi, baik di Pilkada DKI 2012 maupun di Pilpres 2014, terbantu dengan kampanye di medsos. Jokowi punya tim relawan yang andal dalam melakukan kampanye ini. Jokowi juga begitu aktif di medsos.

Lalu, bagaimana dengan Pilpres 2019? Jawabannya, belum tentu. Kok begitu? Sebab, kondisi dan sikap masyarakat di Indonesia saat ini berbeda jauh dengan saat pertama kali medsos booming. Kondisi masyarakat kita sekarang sudah begitu terbelah. Gap-nya amat besar. Kelompok yang mendukung Jokowi disebut cebong, yang dukung Prabowo disebut kampret.

Masing-masing kelompok kebanyakan cuma menginginkan konten-konten yang memuji jagoan mereka. Di luar itu, mereka tak percaya. Bahkan, sebagiannya bisa memblokir
akun atau link yang menyajikan konten mendukung calon lain. Pokoknya, yang benar hanya jagoan saya. Begitu kira-kira. Kondisi ini seakan membenarkan gagasan post-truth yang digaungkan Steve Tesich. Post-truth sendiri merupakan kondisi saat fakta tidak lagi menjadi penting.

Baca juga : Kiprah Ustad Muda Di Pileg

Yang lebih berperan adalah opini. Masing-masing kelompok punya opini sendiri yang sudah begitu kuat dan diyakini kebenarannya. Opini kelompok lain, apa pun argumentasinya, akan selalu salah. Kalau seperti ini kenyataannya, apa kampanye di medsos masih efektif? Jika ditujukan untuk undecided voters atau yang belum punya pilihan, kampanye di medsos ini mungkin berpengaruh.

Tapi, perlu diiingat, jumlah undecided voters sudah semakin kecil. Dalam survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI), jumlah yang belum menentukan pilihan ada 15,6 persen. Di Media Survei Nasional (Median) juga kecil, sekitar 16,8 persen. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, angka ini juga cenderung memilih golput alias tidak menggunakan hak pilih dalam Pemilu. Lihat saja di setiap Pemilu atau Pilkada, angka golput selalu di atas 20 persen.

Kalau seperti ini, dalam pandangan saya, untuk konteks Indonesia sekarang, kampanye di medsos tidak terlalu berpengaruh ke hasil Pemilu. Yang justru berpengaruh justru blunder yang dilakukan calon itu sendiri. Seperti sepak bola, kekalahan suatu tim tidak selalu karena lawannya lebih jago. Kekalahan juga bisa terjadi karena gol bunuh diri. Karena itu, menghindari blunder sepertinya lebih baik. Wallahu’alam.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.