Dark/Light Mode

Ingatkan Pengambil Kebijakan Ekonomi, Gobel: Pilihlah Yang Pro NKRI

Jumat, 15 September 2023 20:40 WIB
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengingatkan para pengambil kebijakan di bidang ekonomi, agar senantiasa memilih policy yang memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Jangan pilih kebijakan ekonomi yang melemahkan NKRI, yang menghancurkan kita sendiri. Pilih ekonomi yang memperkuat NKRI,” kata Gobel, dalam sambutannya di acara Hulonthalo Art & Craft Festival, yang diselenggarakan perwakilan Bank Indonesia di Gorontalo, Jumat (15/9/2023).

Acara yang diikuti oleh pelaku UMKM di Gorontalo, antara lain dari sektor produk pangan dan produk kerajinan, juga dimeriahkan fashion show kain sulam Karawo, produk khas Gorontalo yang mendunia. Temanya, bangga buatan Indonesia dan gemar berwisata di Indonesia.

Gobel mengaku teringat pada pesan Jenderal M Jusuf, saat menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI. 

Ketika ditanya anggota DPR tentang terbatasnya peralatan tempur yang dimiliki Indonesia, sehingga rawan terhadap infiltrasi maupun serangan asing, M Jusuf memberikan satu jawaban. Dia bilang, pertahanan terbaik adalah di desa.

“Tentu, saat itu, konteksnya adalah perang gerilya. Di era perang dagang pun, pertahanan terbaik tetap di desa. Tapi, pertahanan tersebut dalam bentuk ekonomi,” kata Gobel.

Dalam konteks itu, ekonomi desa bertumpu pada pertanian, perikanan, perkebunan, dan UMKM.

Gobel menilai, kesuksesan di sektor pangan akan membuat kebutuhan dasar nasional terjamin dan tidak tergantung pada pasokan asing.

Dengan begitu, masyarakat tidak akan mengalami kelaparan. Logistik nasional pun terjamin.

Baca juga : Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Airlangga Genjot Kinerja Logistik

Di sisi lain, UMKM menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Lebih dari 90 persen tenaga kerja, berada di sektor UMKM.

Kontribusi UMKM terhadap PDB juga masih dominan, yaitu sekitar 60 persen.

“Jadi, menjaga ekonomi desa, yaitu sektor UMKM, pertanian, perikanan, dan perkebunan adalah pilihan terbaik dalam kerangka menjaga NKRI. Itulah makna strategisnya,” papar Gobel.

Melalui pendekatan itu, mayoritas rakyat Indonesia akan terangkat ekonomi dan kesejahteraannya.

“Ini juga akan menciptakan pemerataan ekonomi. Penguatan koperasi, sangat strategis sebagai instrumen kelembagaannya. Jika itu terjadi, maka NKRI menjadi kuat dan tangguh,” terang Gobel.

Dimaknai Lebih Luas

Kebijakan memperkuat NKRI, juga bisa dimaknai lebih luas di sektor-sektor lain. Misalnya, dengan mengatur distribusi miras.

Gobel berkeyakinan, distribusi miras yang tidak diatur, bisa melemahkan mental generasi muda.

"Dalam sejarah, pernah terjadi perang candu yang membuat China kehilangan sebagian wilayahnya. Perang yang melemahkan China ini terjadi, akibat penyelundupan candu oleh Inggris dan Prancis," beber Gobel.

Dia juga mencontohkan pengalamannya, saat menjabat Menteri Perdagangan. Saat itu, Gobel melarang impor tekstil bermotif kain tradisional Indonesia. Seperti batik, tenun, sulam, songket, sasirangan, dan sebagainya.

Baca juga : Tingkatkan Standar Keamanan, AP1-ACI Gelar APEX in Security Di Bandara YIA

Sebab menurutnya, hal itu bisa mematikan pengrajin kain tradisional Indonesia.

“Jika sudah mati, warisan budaya kita bisa punah. Generasi penerus kita, bisa tak kenal lagi dengan beragam kain tradisional dan sejarahnya sendiri. Ini sangat melemahkan NKRI. Karena budaya adalah pertahanan terdalam suatu bangsa. Di sana ada nilai-nilai dan sejarah,” urai Gobel.

Politisi NasDem ini juga mengingatkan makna luas kebijakan ekonomi yang memperkuat NKRI dalam konteks yang lebih rumit di bidang investasi, fiskal, dan moneter.

Penerapan aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), menurutnya, adalah salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang memperkuat NKRI.

Nilai Ekspor Besar

Gobel pun menjelaskan dua potensi ekonomi UMKM, yang bernilai ekspor besar.

Pertama, kerajinan mebel. Potensi pasar mebel dunia pada 2023, mencapai 766 miliar dolar AS. Sementara ekspor mebel Indonesia, pada 2022, baru mencapai 2,5 miliar dollar AS.

Kedua, herbal atau jamu. Pada 2021, potensi pasar herbal atau jamu dunia mencapai 151,91 miliar dolar AS. Namun, pada tahun yang sama, ekspor jamu Indonesia hanya mencapai 41,5 juta dolar AS.

“Jadi, masih ada peluang yang sangat besar buat Indonesia,” tegasnya.

Gobel mengingatkan, di sektor mebel, Indonesia memiliki beragam jenis kayu dan rotan, yang menjadi kekhasan.

Baca juga : BPS Butuh Tambahan Anggaran

Di sektor jamu, Indonesia memiliki kekayaan bahan baku herbal yang sangat beragam.

“Dulu, penjajah datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Bukan mencari bahan tambang,” cetus Gobel.

Sebagai perbandingan, Korea Selatan (Korsel) dan Iran hanya memanfaatkan satu produk saja, yaitu ginseng dan saffron.

Namun, ekspor kedua negara itu di bidang herbal, lebih besar dibanding ekspor herbal Indonesia.

Gobel menekankan pentingnya sektor UMKM yang bernilai ekspor, mengingat kontribusi UMKM Indonesia terhitung yang paling rendah dibanding negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Padahal, kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja dan PDB adalah yang tertinggi di ASEAN.

“Angkanya masih sekitar 14 persen. Jadi, pilihan dua sektor UMKM ini akan menaikkan kontribusi ekspor sektor UMKM,” tandas Gobel. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.