Dark/Light Mode

Harga Gabah Panen Raya Anjlok

Jangan Biarkan Petani Menjerit

Senin, 29 April 2024 06:00 WIB
Anggota Komisi IV DPR KRT Darori Wonodipuro
Anggota Komisi IV DPR KRT Darori Wonodipuro

RM.id  Rakyat Merdeka - Senayan mendesak Pemerintah segera mengambil langkah-langkah srategis, menyusul anjloknya harga gabah dan bawang merah di tingkat petani. Jangan sampai petani menjerit karena menderita kerugian akibat turunnya harga saat panen raya di berbagai daerah. 

ANGGOTA Komisi IV DPR KRT Darori Wonodipuro menga­takan, memang harga gabah di petani sedang turun. “Idealnya itu harga tetap bertahan agar petani tidak dirugikan,” tegas Darori kepada Rakyat Merdeka, Minggu (28/4/2024).

Darori menyesalkan petani masih jadi objek persoalan harga di pasaran sementara banyak permainan harga di tingkat pedagang. Bukan cuma gabah saja yang anjlok, harga bawang merah petani juga sedang jatuh. Sebaliknya, harga beras maupun bawang merah di pasaran masih tinggi.

“Bawang merah di Brebes itu Rp 22 ribu per kilogram, tapi di supermarket itu bisa sampai Rp 70 ribu-80 ribu per kilogram. Ini yang untung siapa?” katanya.

Dia pun menyesalkan sangat jauhnya selisih harga gabah maupun bawang merah ini di tingkat petani dengan konsumen. Sehingga akhirnya, yang di­untungkan dari tata niaga beras dan bawang merah ini lebih ­banyak pedagang.

Baca juga : Bahagia Dilamar Rayn Di Jepang

Untuk itu, dia mendesak ada­nya perubahan tata niaga dan perdagangan bahan pokok di ­masyarakat. Salah satunya, Pemerintah daerah (Pemda) menanggung biaya angkut bahan pokok dari petani ke konsumen. Selain itu, Bulog juga kudu memaksimalkan serapan ­gabahnya yang saat ini masih seret di gudang.

“Bulog harus maksimalkan serapannya (gabah dan beras di petani). Cuma masalahnya, Bulog juga terkendala karena dana yang digunakan itu juga berasal dari pinjaman dengan bunga komersial. Jadi sama saja karena Bulog ini kan juga nggak mau rugi,” tambahnya.

Terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor mengingatkan Bulog untuk lebih bekerja maksimal meningkatkan serapan gabah dari petani di tengah panen raya ini. Saat ini di sentra-sentra gabah, tengah terjadi panen raya padi sehingga ketersediaan beras nasional dipastikan melimpah.

Data amatan Badan Pusat Statistik (BPS) di Maret 2024 ini saja, ada panen 1,10 juta hektare dengan produksi 3,38 juta ton beras. Bulan April terjadi panen seluas 1,78 juta hektare dengan produksi sebesar 5,53 juta ton beras, dan Mei seluas 1,12 juta hektare dengan produksi 3,19 ­juta ton beras.

“Ini kan lagi ­panen raya padi dan jagung, kenapa Bulog tidak bisa serap gabah dan jagung petani,” katanya.

Baca juga : PSI Buka Pendaftaran, Kaesang Dan Istri Tak Ikut Pilkada

Dia mengingatkan, harga gabah di tingkat petani saat ini benar-benar anjlok hingga di ­angka Rp 4 ribu per kilogramnya. Nilai ini jauh dari biaya produksi yang dikeluarkan ­petani. Dengan harga tersebut, harusnya Bulog hadir di tengah-tengah petani meningkatkan serapannya.

Tapi yang terjadi, Bulog justru masih kalah bersaing dengan pedagang beras dalam membeli gabah petani dan lebih mengandalkan impor dalam pengadaan cadangan berasnya. “Padahal Bulog sangat diharapkan menyerap optimal pada masa panen raya ini agar harga gabah tidak anjlok,” ujarnya.

Yadi menyayangkan, Bulog malah beralasan kurang mampu menyerap mengingat periode panen yang pendek. Sehingga terjadi antrean yang panjang untuk bisa masuk ke proses pengeringan Bulog maupun ke penggilingan mitra Bulog.

“Karena buktinya pedagang sanggup serap kok. Coba ban­dingkan modalnya, pedagang modalnya tidak besar paling Rp 50 sampai 100 juta. Sedang­kan Bulog modal miliaran dan punya gudang banyak pula,” tegasnya.

Oleh karena itu, Yadi meminta Bulog tidak menyalahkan situasi untuk menutupi kinerja buruknya dalam menyerap gabah petani. Bulog malah lebih semangat kalau diberikan tugas melakukan impor beras, bahkan getol mencari ke berbagai negara.

Baca juga : Banteng Terancam Ditinggal Sendirian

“Bila hasil panen tidak diserap, petani tidak semangat tanam padi, terus gimana tiga hingga enam bulan ke depan. Nanti begitu tidak ada panen raya lagi, petani lagi disalahkan karena tidak ada gabah yang bisa diserap,” kritiknya.

Pihaknya sering mengingatkan Bulog agar lebih banyak menyerap beras petani pada saat panen raya untuk disimpan dijadikan stok. Bulog juga dalam menjalankan tugasnya, menyerap dalam bentuk gabah, bukan beras karena hasil panen yang dimiliki petani adalah gabah, bukan beras.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.