Dark/Light Mode

Syarief Sebut Program 4-Track Era SBY Relevan Atasi Perubahan Iklim

Rabu, 6 Oktober 2021 17:34 WIB
Wakil Ketua MPR Syarief Hasan. (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Syarief Hasan. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Krisis iklim yang melanda dunia perlu mendapatkan perhatian yang ĺebih besar dari berbagai stakeholder baik penyelenggara negara, non-negara serta masyarakat dunia.

Para ilmuan dan pemimpin agama merupakan aktor non negara dimana mereka memiliki peran strategis serta tanggungjawab moral dalam upaya menjaga kelestarian bumi dari ancaman perubahan Iklim.

Berbagai dialog dilakukan yang salah satunya yakni dialog antara pemimpin agama dan ilmuan dalam menyerukan perlunya tindakan nyata untuk mengatasi perubahan iklim yang berlangsung di Vatikan.

Baca juga : Gandeng SMF, PNM Hadirkan Program Pembiayaan Perumahaan

Paus Fransiskus menyampaikan kepada Presiden-Designate COP26, Rt Hon Alok Sharma dan Menteri Luar Negeri Italia, Hon. Luigi Di Maio, bahwa sebanyak 40 pemimpin agama, yang mewakili miliaran orang di dunia telah sepakat menandatangani Seruan Bersama untuk mengatasi perubahan Iklim.

Wakil Ketua MPR Syarief Hasan menyampaikan, permasalahan krisis iklim ini perlu menjadi prioritas bersama, baik pemerintah dan seluruh elemen bangsa. Isu perubahan iklim telah ada dan sejak lama menjadi perhatian pemerintah.

Sejak tahun 2011, kata Syarief, Presiden SBY sudah merumuskan konsep peralihan menuju Green Global Economic. Indonesia yang dipimpin oleh Presiden SBY sebelumnya telah melahirkan dan melaksanakan pembangunan dengan konsep strategi pembangunan 4-track, yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment.

Baca juga : BKSAP DPR Bareng SEAPAC Perdalam Isu Suap Lewat Studi Perbandingan

"Permasalahan perubahan iklim ini menjadi perhatian Presiden SBY sejak 10 tahun pemerintahun SBY. Strategi pembangunan 4-track juga sudah diadopsi dalam berbagai rumusan kebijakan. Bahkan kemudian konsep ini juga yang melandasi perumusuan program-program SDGs atau Sustainable Development Goals," ungkap Syarief dalam keterangannya, Rabu (6/10).

"Bumi yang kita pijak, usianya semakin tua, dan manusia sudah terlalu banyak membebani kehidupannya dengan mengeksploitasi isi bumi, maka menjadi penting untuk kita sadari bersama, bahwa ancaman krisis iklim itu nyata. Kita sudah rasakan, banyak sekali bencana yang terjadi akibat perubahan iklim ini. Suhu bumi yang semakin panas, kenaikan volume air laut, hingga yang terbaru adalah ancaman tenggelamnya ibukota," imbau Syarief.

Politisi senior Partai Demokrat tersebut juga menyampaikan, saat ini, yang menjadi prioritas ialah bagaimana Indonesia bisa berkontribus di dalam upaya pencegahan perubahan iklim.

Baca juga : Erick Legowo Digantikan Perempuan Milenial

Di DPR saat ini sedang dibahas tentang Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan (RUU EBT). Indonesia diharapkan dapat merealisasikan target pengurangan gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 yang termaktubkan dalam UU Nomor 16 Tahun 2016.

"Kita terus dorong berbagai produk kebijakan yang ramah lingkungan, sehingga kemudian terbangun sistem nya dan pelaksanaan nya dapat berjalan sesuai dengan target Nationally Determined Contributions. Ini menjadi concern kita semua, khususnya pemerintahan sekarang dan yang akan datang," tutupnya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.