Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Survei Indonesia Political Opinion (IPO)

Elektabilitas Menguat, Gabung KIB PAN Dapat Berkahnya

Sabtu, 4 Juni 2022 14:54 WIB
Hasil survei elektabilitas partai politik lembaga Indonesia Political Opinion (IPO). (Foto: Istimewa)
Hasil survei elektabilitas partai politik lembaga Indonesia Political Opinion (IPO). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Lahirnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) membuahkan hasil bagi partai yang masuk dalam koalisi tersebut. Salah satunya yakkni Partai Amanat Nasional (PAN).

Dalam survei teranyar Indonesia Political Opinion (IPO), PAN mengalami penguatan elektabilitas menjadi 4.3 persen. Lebih unggul dari mitra koalisinya PPP yang hanya mendapatkan tingkat keterpilihan sebesar 2.4 persen.

Sementara itu, Partai Golkar yang sejak awal memang lebih tinggi dari PAN dan PPP, bertahan di angka 9.7 persen. Posisi Partai Golkar ini tidak banyak berubah dengan hasil survei IPO periode Maret 2022 lalu, Golkar di bawah tiga partai lainnya yakni PDI Perjuangan dengan 24.8 persen, Gerindra 11.6 persen, dan Demokrat 10.8 persen.

Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menerangkan, penguatan angka keterpilihan PAN dipengaruhi lahirnya KIB yang melahirkan kemitraan politik bersama Golkar dan PPP.

Baca juga : Liburan Usai, Skuad Maung Bandung Kembali Latihan

Meskipun Golkar menjadi anggota koalisi paling tinggi tingkat keterpilihannya, tetapi yang mendapat imbas positif adalah PAN.

"PAN sempat terperosok karena wacana penundaan Pemilu, tetapi kini kembali menguat bahkan mendekati perolehan keterpilihan PKS yang memperoleh 5.4 persen. Peningkatan ini bisa saja imbas dari inisiasi Zulkifli Hasan membangun koalisi Indonesia bersatu, karena momentumnya berdekatan," terang Dedi dalam paparannya kepada RM.id, Sabtu (4/6).

Dengan persepsi yang baik bagi PAN, Dedi menyarankan Zulkifli Hasan seharusnya lebih percaya diri untuk mengajukan tokoh utama dalam koalisi yang akan menjadi Capres dari KIB di 2024.

Meskipun sambung Dedi, Zulhas tetap lebih berpengaruh jika duduk sebagai pemengaruh kebijakan, bukan sebagai kontestan dalam kandidasi Pilpres 2024.

Baca juga : Survei Indikator Publik Nasional: Elektabilitas Prabowo Nyaris 30 Persen

"Situasi ini seharusnya membuat Zulhas, atau PAN, lebih percaya diri untuk menentukan tokoh utama dikandidasi Pilpres 2024. Tetapi catatannya, Zulhas tidak duduk sebagai Capres, cukup berada di belakang layar, itu akan jauh lebih baik," sarannya.

Disinggung soal keterpilihan Airlangga sebagai tokoh yang digadang Golkar akan maju sebagai Capres, Dedi tidak menampik Airlangga juga punya peluang keterusungan. Tetapi untuk menang, Dedi memprediksi masih cukup berat.

"Jika dihitung dari porsi elektabilitas, antara Zulkifli Hasan, Airlangga Hartarto dan Suharso Monoarfa. Airlangga bukanlah yang tertinggi, sehingga akan menyulitkan kerja-kerja mesin politik untuk mempromosikan lebih jauh. Sementara ini, koalisi ini perlu menimbang kehadiran tokoh lain yang lebih potensial, meskipun bukan dari kader ketiganya," saran Dedi.

Untuk diketahui, wawancara dilakukan hybrid secara tatap muka sebanyak 480 resonden, dan sambungan telepon. Data telepon merujuk data populasi sebanyak 196.420 yang dimiliki IPO sejak periode survei di tahun 2019 s.d 2021.

Baca juga : Elektabilitas 60 Persen, Diadu Dengan Siapa Pun Prabowo Menang

Dari total populasi tersebut terdapat 7200 yang memungkinkan untuk menjadi responden hingga terambil secara acak sejumlah 720 responden. Dengan demikian total keseluruhan sebanyak 1200 responden. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (margin of error) 2.90 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen.

Setting pengambilan sample menggunakan teknik multistage random sampling (MRS), atau pengambilan sample bertingkat. Survei ini berhasil mengambil representasi sample yang tersebar proporsional dalam skala nasional.

Dengan teknik ini setiap anggota populasi (responden) miliki peluang setara untuk dipilih atau tidak menjadi responden. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 15 persen dari total populasi sample dan pengujian metode pra-research. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.