Dark/Light Mode

Syarat Dari Beringin Kalau Mau Masuk Koalisi Besar

Banteng Jangan Terlalu Dominan

Kamis, 13 April 2023 09:02 WIB
Presiden Jokowi dan ketua umum partai koalisi. (Foto: ist)
Presiden Jokowi dan ketua umum partai koalisi. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keinginan PDIP gabung koalisi besar disambut baik Partai Golkar. Namun, Beringin memberikan syarat khusus. Syaratnya, Banteng jangan terlalu ingin dominan.

Syarat tersebut disampaikan Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, kemarin. Kata Ace, PDIP harus ikut aturan main bila ingin bergabung dengan koalisi besar. "Sekalipun prinsip kami terbuka, tapi tentu harus ikut dalam aturan main di koalisi besar," kata Ace. 

Menurut dia, jangan datang terakhir, tapi ingin menguasai. Ada tahapannya. Termasuk pembicaraan secara bersama dengan partai lain. "Jangan sampai nanti misalnya koalisi sudah dibangun tapi belakangan ingin menguasai. Tentu itu yang harus dihindari," ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu. 

Karena itu, Golkar menekankan pentingnya untuk membangun kesepahaman lebih dahulu. Bukan saling memberikan syarat seperti soal jatah calon presiden dan calon wakil presiden. "Ya makanya yang terpenting adalah membangun sebuah pemahaman yang sama," imbuh Ketua DPD Golkar Jawa Barat tersebut. 

Baca juga : Banteng Dan Beringin Mending Diskusi Sambil Ngopi Aja...

Hal senada dikatakan PKB. Menurut Ketua DPP PKB, Daniel Johan, jika PDIP berniat gabung, maka siap dengan konsekuensi apapun. "Tapi kan sudah diralat bahwa PDIP tidak mensyaratkan, yah gimana mau gabung bila pakai syarat-syarat," ujar Ketua DPP PKB, Daniel Johan, kemarin. 

Lalu apa kata PAN? Kalau PAN tak mau ambil pusing perihal cawe-cawe partai lain yang ingin menguasai koalisi besar. "PAN sangat terbuka jika nanti akan ada Partai yang sepemahaman mengenai visi kepemimpinan ke depan," imbuh Juru Bicara PAN, Valeryan Bramasta kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Terpenting, kata dia, koalisi besar mencalonkan pemimpin yang bisa meneruskan program-program Pemerintah sebelumnya. "Dengan adanya pembangunan bangsa yang keberlanjutan, semoga bisa berbanding lurus dengan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Indonesia," paparnya. 

Sedangkan PPP tak yakin jika koalisi besar bakal terbentuk. Alasannya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bentukan Golkar, PPP dan PAN belum merapatkan bersama membahas koalisi besar. Karenanya, KIB belum tentu sepakat untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Raya (KIR) gagasan Gerindra dan PKB dalam Koalisi Besar.

Baca juga : Idris Laena: Koalisi Besar, Jalan Tengah Hindari Polarisasi Ekstrem

"Kemudian yang di PAN itu enam partai diundang, termasuk PDIP cuma Bu Mega lagi ada di luar negeri. Artinya apa? koalisi yang teman-temannya Pak Jokowi ini tidak mungkin melupakan PDIP," ucap Ketua DPP PPP Achmad Baidowi.

Problem berikutnya adalah persoalan calon presiden yang akan diusung jika koalisi besar terbentuk. Karena semua partai punya jagoan masing-masing. Di KIB ada nama Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan PAN yang menjagokan Ganjar Pranowo atau Erick Thohir sebagai capres yang ingin diusungnya. 

Sedangkan di kubu KIR ada nama Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang bakal diusung sebagai capres. "Mereka kan dipilih dari hasil forum tertinggi di partainya. Bayangkan sudah ada tiga capres. Ini sesuatu yang hitung-hitungan politik nggak mungkin (koalisi besar terbentuk)," cetus Awiek, sapaan Achmad Baidowi.

Sementara PDIP membantah mensyaratkan jatah capres atau cawapres jika hendak bergabung dengan koalisi besar. Justru Banteng menginginkan ada pertemuan lebih dahulu dengan lima pimpinan partai politik koalisi besar.

Baca juga : Sinyal Dukungan Jokowi Ke Ganjar

“Nggak ada syarat-syaratan. Duduk dulu lah. Bangsa ini mau ke mana ke depan, karena seakan-akan PDIP sombong karena belum apa-apa bicara syarat. Kami tidak seperti itu," dalih Ketua DPP PDIP Said Abdullah. 

PDIP menginginkan, ada pertemuan bersama untuk membahas rencana koalisi. Salah satu yang perlu dibahas adalah kelanjutan kepemimpinan Presiden Jokowi. "Duduk saja dulu, lima tahun ke depan mau seperti apa, ayo yang sudah baik dilakukan oleh Presiden Jokowi kita lanjutkan," jelas Said. 

Lalu apa kata Direktur Eksekutif Politika Research and Consulting (PRC), Rio Prayogo menilai, peluang terbentuknya koalisi besar dibayangi keraguan. Hal ini karena ada dinamika politik yang tinggi, dan masing-masing partai politik punya ekspektasinya sendiri soal jatah capres-cawapres.

Ditambah lagi jika PDIP mendekat. Problem Koalisi Besar makin kompleks. "Terlepas dinamika yang terjadi di antara Jokowi dan PDIP, PDIP masih mungkin bergabung ke koalisi besar. Kalau bergabung tentu PDIP pengen nyapres? Kalau demikian akan tekanan baru di mana tekanan itu bisa menjadikan konsep Koalisi Besar ini ter-evaporasi alias menguap," pungkas Rio saat dihubungi, kemarin.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.